Yogyakarta (ANTARA News) - Penduduk di Dukuh Wonokromo, Desa Wonokromo, Kecamatan Plered, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang mengungsi ke tempat aman pada Minggu dinihari, terpaksa tidak bisa berbaring saat beristirahat, karena tenda yang mereka tempati dirembesi air sejak turun hujan pukul 23.00 WIB Sabtu (27/5) malam. "Penduduk terpaksa mengungsi ke luar rumah karena 90 persen bangunan telah rubuh, sementara tenda kami ini tidak tahan air dan belum ada tenda bantuan dari mana pun," kata Kepala Dukuh, Ahmad Zauri, ketika ditemui pada Minggu dinihari di salah satu tempat warga mengungsi. Ia menjelaskan tenda yang rembes air itu pun terpaksa digunakan oleh warga karena tidak alternatif lainnya sebagai tempat untuk tinggal. Akibatnya mereka beristirahat sambil berdiri saja. "Kami sangat membutuhkan obat-obatan dan tenda yang layak karena bangunan yang tersisa sudah tidak bisa ditempati, termasuk masjid yang saat ini masih berdiri tapi rawan runtuh," lanjut dia. Di sekitar jalan masuk ke Dukuh Wonokromo, terdapat beberapa korban yang belum ditangani oleh tenaga medis, hingga terpaksa merebahkan tubuh di bangku-bangku atau tikar seadanya. "Tadi siang (Sabtu), pukul 11.00 WIB, ada petugas kesehatan. Mereka berjanji akan kembali dan membawa warga yang luka-luka, namun ternyata hingga saat ini belum datang lagi," kata salah seorang warga yang terduduk lemas di sebuah tenda darurat sambil mengeluhkan kaki kirinya yang tidak bisa digerakkan. Selain itu, terdapat pula sebuah tenda darurat yang digunakan oleh belasan orang dewasa serta tiga anak-anak, sebagai tempat sementara berlindung dari hujan yang terus mengguyur hingga Minggu (28/5) subuh. "Kami tidak sempat membawa harta benda. Hanya keluarga dan baju di badan," kata Kosim, warga Wonokromo. Menurut Ahmad, dari sekitar 900 orang penduduk di Dukuh Wonokromo tercatat 24 orang meninggal dunia menyusul gempa tektonik yang terjadi di 30 kilometer bawah permukaan laut, yang berjarak 37-40 kilometer selatan dari Yogyakarta pada Sabtu pagi. "21 jenazah telah dimakamkan, sementara dua jenazah masih disemayamkan di Masjid At-Takwa Wonokromo dan satu lainnya lagi sudah dibawa oleh keluarganya ke Bandung," kata Ahmad. Kompleks masjid dan makam terletak dalam satu lokasi yang sama, sehingga prosesi pemakaman lebih mudah dilakukan. Dalam kesempatan itu, Ahmad mengaku kesulitan untuk mendapatkan informasi apalagi bantuan dari pihak luar. "Jalur komunikasi putus total, jaringan GSM hanya bisa pesan singkat. Sementara bantuan pemerintah daerah baru berupa satu setengah kuintal beras, satu dus mi instan, dan satu botol minyak goreng," katanya. Sejak gempa melanda, listrik di Kabupaten Bantul padam, keadaan dipersulit lagi dengan turunnya hujan deras di hampir seluruh daerah Provinsi DIY. Selain Dukuh Wonokromo, pengungsi di Dukuh Karangsemut, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul juga terpaksa berdiri karena tenda yang digunakan rembes air. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006