Budapest (ANTARA) - Melonjaknya angka inflasi telah membuat industri pernikahan di Hongaria lesu, ketika angka perkawinan anjlok ke titik terendah dalam sembilan tahun pada awal 2023.

Padahal, industri itu sempat menikmati masa keemasan selama beberapa tahun berkat dukungan kebijakan dari Perdana Menteri Viktor Orban.

Tokoh nasionalis yang berkuasa sejak 2021 itu telah meluncurkan keringanan pajak, skema bantuan perumahan dan pinjaman murah 5 persen per tahun bagi pasangan yang baru menikah.

Kebijakan itu diambil pemerintah Orban untuk mengatasi penurunan demografi Hongaria sembari menentang keras masuknya para imigran.

Aturan tersebut telah mendorong industri pernikahan dalam beberapa tahun terakhir, menjadikan Hongaria negara dengan angka perkawinan tertinggi di Uni Eropa (EU).

Menurut data Eurostat, terdapat 6,9 pernikahan per 1.000 orang penduduk di Hongaria pada 2020.

Dampak kebijakan itu begitu kuat sehingga para sosiolog mengatakan bahwa Hongaria adalah satu-satunya negara yang tidak mengalami penurunan angka perkawinan selama pandemi COVID-2020.

Namun, kondisi itu tampaknya mulai berubah ketika angka inflasi Hongaria diprediksi mencapai rata-rata tertinggi di EU dengan 16,4 persen pada tahun ini. Inflasi setinggi itu dapat terjadi akibat lonjakan harga pangan, energi dan jasa, sehingga biaya pernikahan meningkat.

Menurut data awal, jumlah pernikahan yang tercatat di Hongaria pada Januari turun menjadi 1.230, terendah sejak Januari 2014.

Livia Murinko, peneliti senior di Institut Riset Demografi Hongaria, mengatakan inflasi tinggi telah menurunkan jumlah pernikahan setelah bertahun-tahun mengalami "booming".

"Hampir semua orang yang berpotensi untuk menikah telah melakukannya," katanya.

Dia menambahkan bahwa kondisi itu tidak akan berlangsung lama dan kemungkinan akan kembali ke titik keseimbangan.

Pasangan Kinga dan Sandor Urban-Szabo dulu menunda rencana untuk menikah akibat COVID-19.

Mereka mengatakan biaya pernikahan mereka kini meningkat hampir empat kali lipat dari yang mereka rencanakan pada 2020.  Lonjakan anggaran itu disebabkan oleh tingkat inflasi tahunan Hongaria yang mencapai 25,4 persen, tertinggi di Eropa tengah.

Pasangan lain mengurangi anggaran pernikahan mereka atau bahkan meniadakan resepsi.

Terkejut dengan biayanya, banyak pasangan yang bahkan tidak membalas surel penawaran dari penyedia jasa pernikahan.

Mihaly Toth, seorang penyelenggara pernikahan, mengatakan bahwa jumlah pasangan yang akan menikah kemungkinan besar akan berkurang dari tahun lalu.

"Biaya-biaya telah membubung tinggi," kata dia. "Hal ini jelas menghalangi banyak pasangan untuk menggelar pesta pernikahan."

Timea Szabo (23) dan tunangannya juga terpaksa tidak mengadakan resepsi karena biaya yang meroket. Kerabat mereka ditugaskan untuk menyiapkan gaun pengantin dan mengambil foto.

"Kami hanya akan menggelar kumpul-kumpul keluarga kecil dan kemudian pergi keluar dengan beberapa teman pada malam harinya," kata Szabo.

Sumber: Reuters
Baca juga: Hongaria akan bela UU antipendidikan LGBT di Mahkamah Hukum Uni Eropa
Baca juga: Hongaria perpanjang penerapan plafon harga makanan pokok
Baca juga: Situasi bahan bakar di Hungaria kritis

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2023