Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menyatakan Indonesia berduka akibat gempa tektonik yang melanda wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang merenggut ribuan jiwa. "Pada prinsipnya Indonesia berduka, karena sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Namun, semua itu merupakan takdir Allah SWT," katanya di sela mengunjungi Posko Satkorlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Bantul, Minggu. Menurut dia, bencana alam yang merenggut ribuan jiwa, ribuan korban luka-luka, dan ribuan rumah roboh itu merupakan realitas yang harus dihadapi dan konsekuensi dari kondisi geografis Indonesia. "Indonesia secara geografis berada di lingkaran sabuk api sehingga rawan terjadi bencana alam, khususnya gempa bumi. Kondisi itu merupakan realita yang harus diterima dan dihadapi," katanya. Meskipun demikian, saat ini yang penting adalah mengatasi dan menangani korban luka-luka dan yang masih sehat, sehingga mereka memperoleh perawatan yang memadai dan penanganan yang baik. "Saya pribadi juga selalu memberi semangat para korban, karena keluarga saya juga menjadi korban gempa tersebut. Rumah ibu dan adik saya di Prambanan hancur, bude saya meninggal, serta beberapa saudara terluka dan kini dirawat di rumah sakit," katanya. Namun, menurut dia, bukan berarti bencana itu membuat korban yang masih hidup tenggelam dalam duka, dan duka itu harus dihadapi bersama secara gotong-royong dan penuh solidaritas. "Saya juga mengimbau pemerintah untuk segera melaksanakan apa yang telah menjadi amanat rakyat, serta anggaran dan bantuan atau sumbangan yang ada segera disampaikan pada korban," katanya. Ia menambahkan, dilihat dari jumlah korban dan kedahsyatan gempa, bencana itu layak menjadi bencana nasional. Namun, soal istilah itu tidak perlu dipermasalahkan, karena yang penting adalah aksi pasca bencana. "Saya tidak ingin berpolemik soal penyebutan bencana nasional atau bukan, karena yang penting adalah aksi di lapangan berskala nasional. Kondisi saat ini menuntut kepedulian yang konkrit dan hikmahnya menghadirkan kembali kesetiakawanan sosial nasional," katanya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006