Jakarta (ANTARA News) - Djohan Shahroezah (DS) adalah tokoh PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan perintis kantor berita ANTARA yang namanya kurang dikenal atau tenggelam, namun dia punya peran besar dalam gerakan bawah tanah kemerdekaan RI dan banyak memiliki kader yang menjadi tokoh nasional.

Demikian rangkuman pendapat dari berbagai tokoh seperti DR Emil Salim, Rushdy Hussein (Sejarawan), Riyadi Ngasirin (Penulis), dan Imam Yudhotomo (penggiat studi sosialisme) dalam acara peluncuran buku "Djohan Sjahroezah, Merajut Jejaring Perjuangan" dalam rangka memperingati hari lahirnya ke-100 tahun di museum nasional Jakarta, Sabtu.

Djohan Shahroezah, yang lahir di Muara Enim, Sumatera Selatan, 26 November 1912, adalah sekretaris PSI saat dipimpin oleh Sutan Sjahrir dan termasuk perintis pendirian kantor berita bersama Adam Malik, Soemanang, AM Sipahoetar dan Pandoe Kartawagoena.

Sejak remaja, Djohan sudah aktif berpolitik. Ia aktif di PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), kemudian menjadi aktivis PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia Baru) setelah menjadi seorang pemuda.

Ia aktif di PNI Baru, setelah PNI (Partai Nasional Indonesia) dilarang dan dibubarkan oleh penjajah Belanda. Ketika itu, Soekarno dibuang ke Digul, kata Rushdy Hussein, seorang sejarawan.

"Setelah Indonesia merdeka, Djohan Shahroezah aktif di PSI dan menjadi sekretaris PSI saat dipimpin oleh DR Sutan Sjahrir hingga PSI dibubarkan oleh Presiden Soekarno," tambah Rushdy.

Selain dekat dengan PM Sjahrir, Djohan juga dekat dengan tokoh revolusioner Tan Malaka. Kedekatan kedua tokoh gerakan bawah tanah kemerdekaan RI ini muncul dalam peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang hingga kini dikenang sebagai hari pahlawan, kata Imam Yudhotomo, pegiat studi sosialisme.

Dalam perjuangannya, Djohan aktif mendirikan Serikat Buruh Minyak (SBM) di Jawa Timur, dimana organisasi buruh ini memiliki peran besar dalam mobilisasi massa pada gejolak sosial dan pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945.

Banyak kader, terutama kader PKI yang merupakan didikan dari Djohan Shahroezah, di antaranya adalah DN Aidit, Syam Kamarusman, MH Lukman dan Ruslan yang merupakan anggota polit biro PKI, ungkap Imam. Namun Djohan tidak masuk PKI tapi memilih aktif di PSI dibandingkan PKI, padahal PSI adalah musuhnya PKI.

Perintis ANTARA

Peran Djohan Shahroezah ternyata cukup besar di dunia pers. Ia merupakan salah satu perintis dari kantor berita ANTARA yang didirikan 13 Desember 1937.

"Kantor berita ANTARA saat itu didirikan atas kongsi PNI Baru (Pendidikan Nasional Indonesia Baru) yang didirikan oleh Muhammad Hatta dan Sutan Sjahrir dengan PARI (partai republik Indonesia) yang didirikan oleh Tan Malaka," kata DR Hadidjojo Nitimihardjo, yang hadir di acara tersebut.

Kantor berita ANTARA didirikan dengan kongsi 50 persen oleh Maroeto Nitimihardjo dan Djohan Shahroezah mewakili PNI Baru dan sisanya 50 % dari PARI yang diwakili Adam Malik. Dari grup PNI Baru kemudian menunjuk Soemanang dan dari grup PARI menunjuk Adam Malik, dan AM Sipahoetar untuk menjalankan operasional kantor berita ANTARA.

"Jadi Djohan Shahroezah ini boleh dibilang perintis dan pendiri kantor berita ANTARA yang sikapnya saat itu menuntut kemerdekaan Indonesia 100 persen dengan perjuangan," tambah Hadidjojo.

"Saya sambut baik peluncuran buku ini untuk mengangkat seorang tokoh pemimpin yang jarang disebut dalam buku-buku sejarah, tetapi yang cukup dikenal di kalangan para Bapak-Bapak pendiri Republik Indonesia ini," kata Prof Emil Salim dalam sambutannya.

Selain Emil Salim, hadir pula tokoh pers Bambang Harimurti dari Grup Tempo.









Editor: Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA 2012