Jakarta, (ANTARA News) - Pembatasan minum bagi seorang anak oleh ibunya dijumpai di Kampung Muara Kuntul, Desa Pantai Sederhana, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat (Jabar) karena faktor kesulitan air bersih. "Pembatasan minum terhadap anak sangat menyedihkan. Sebagai seorang ibu tidak sampai hati tetapi itulah kenyataan untuk menekan belanja air bersih," kata Wartia (33) di Desa Muara Kuntul, Jumat (26/5). Ia mengatakan pembatasan minum bagi anak bukan dengan ukuran gelas kecil atau besar tetapi setiap minum diingatkan agar tidak dalam jumlah banyak, tidak sering minum dan tidak membuang sisa air dari gelas. Kesulitan air bersih bagi 27 kepala keluarga warga Muara Kuntul yang hidup di atas air dialami sejak 25 tahun yang lalu. Rumah-rumah yang dibangun terbuat dari kayu dan sebagian berkonstruksi semi permanen. Selain kesulitan air bersih warga yang umumnya bermata pencaharian nelayan dan petani tambak juga merindukan kehadiran lampu penerangan listrik. Saniman (40), warga Muara Kuntul, mengemukakan kebutuhan air minum sehari-hari dibeli dari pengecer seharga Rp2.500 per jerigen isi 20 liter. Sedangkan, untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian warga memaanfaatkan air sungai di belakang rumah penduduk. "Sebenarnya, air sungai tidak layak untuk mandi atau mencuci pakaian karena mungkin sudah tercemar. Tetapi, tidak ada pilihan lain," kata Saniman. Warga Muara Kuntul yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan mengeluarkan biaya Rp5000 untuk kebutuhan air bersih yang diantar langsung ke rumah-rumah oleh pengecer dengan menggunakan perahu. "Harus hemat kalau tidak uang habis untuk air bersih. Anak-anak minum dibatasi. Itulah kenyataannya yang harus diterima," ujar Asyura (30) seorang ibu rumah tangga. Warga Muara Kuntul, Tahir (32) mengungkapkan kesulitan air bersih sudah disampaikan kepada pemerintah setempat dengan harapan untuk dicarikan pemecahan. "Beginilah nasib rakyat kecil selalu luput dari perhatian pemerintah. Ada kesan rakyat terpencil dan miskin dicari saat-saat ada kepentingan politik, seperti kampanye," ujarnya. Mengunjungi 27 kepala keluarga (KK) warga Muara Kuntul yang berjarak sekitar 14 kilo meter dari terminal akhir angkutan umum (angkot) harus membayar ojek --angkutan alternatif menggunakan sepeda motor--. Bakat anak-anak Muara Kuntul, khususnya olaharga permainan sulit tersalurkan karena tidak ada ruang. Kiri-kanan rumah warga terdapat tambak dan sungai.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006