Seoul (ANTARA News) - Korea Utara memasang bagian pertama roket jarak jauh yang direncanakan akan diluncurkan bulan ini dari tempat peluncurannya itu, menentang seruan internasional agar membatalkan misi tersebut, kata sebuah laporan Senin.

Korea Utara mengumumkan Sabtu bahwa pihaknya akan melakukan peluncuran roket jarak jauh keduanya tahun ini antara 10-22 Desember, lapor AFP.

Amerika Serikat dan sekutu Asia utamanya Korea Selatan dan Jepang mengecam peluncuran tersebut sebagai sebuah uji rudal balistik tersamar yang melanggar resolusi PBB yang dipicu dua uji nuklir Pyongyang pada 2006 dan 2009.

Roket bagian pertama telah berada di posisi di stasiun peluncuran satelit Sohae Korut, kata sumber pemerintah Korea Selatan kepada kantor berita Yonhap.

Jepang membatalkan pembicaraan diplomatik terjadwal dengan Korea Utara dan dilaporkan telah mengeluarkan perintah supaya menembak jatuh rudal tersebut jika melenceng ke wilayah Jepang.

Korea Utara menandaskan roket tersebut murni misi "damai, ilmiah" yang dimaksudkan untuk menempatkan satelit observasi bumi mengorbit kutub ke orbit.

Dalam sebuah pemberitahuan kepada negara-negara tetangga, Pyongyang mengatakan waktu peluncuran antara 7:00 pagi hingga siang (2200 GMT dan 0300 GMT) entah pada hari mana dalam celah waktu yang telah diberikan, kata pejabat kementerian luar negeri seperti dikutip Yonhap.

Menurut pemberitahuan itu, roket tahap pertama akan jatuh di Laut Kuning lepas pantai barat semenanjung Korea dan yang kedua akan jatuh di laut sekitar 190 kilometer timur Filipina.

Kepala utusan nuklir Korea Selatan Lim Sung-Nam akan menemui para duta besar dari China, Rusia dan Jepang Senin untuk mendiskusikan rencana peluncuran tersebut, kata pejabat kementerian luar negeri.

China, sekutu terdekat Korea Utara, telah menyatakan "khawatir" dengan rencana peluncuran tersebut, dengan kementerian luar negeri mendesak "para pihak terkait (agar) bertindak sedemikian rupa agar lebih kondusif bagi stabilitas semenanjung Korea".

Lim juga berencana akan mengunjungi Amerika Serikat Selasa untuk berbicara dengan rekannya dari AS, Glyn Davies.

"Perjalanan Lim akan memfokus pada bagaimana menanggapi peluncuran roket Korea Utara tersebut," kata pejabat itu kepada AFP.

Peluncuran roket terakhir Korea Utara, pada April, berakhir dengan kegagalan dengan wahana tersebut terbang hanya lebih dari dua menit sebelum hancur dan jatuh ke Laut Kuning. (K004)

Penerjemah:
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2012