Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Djarot Sumartono, mengatakan bahwa pelayanan perbankan, seperti pelayanan terhadap nasabah dan transaksi keuangan antar-bank di Yogyakarta berjalan normal meski sejumlah kantor cabang bank di daerah itu rusak, karena gempa yang melanda daerah itu Sabtu (27/5) lalu. "Bank Indonesia cabang Yogyakarta dan bank-bank lain beroperasi seperti biasa. BCA dan BPD Yogyakarta tadi menarik uang cukup besar, karena akan digunakan untuk mengisi ATM dan pembayaran gaji pegawai negeri," kata Djarot yang dihubungi di Jakarta, Senin. Djarot menyatakan, gempa bumi di kota itu telah merusakkan beberapa kantor cabang perbankan, seperti dua kantor cabang Bank Central Asia (BCA) yang harus tutup, dan beberapa kantor kas bank yang berada di Bantul, yang tercatat menjadi wilayah paling parah terkena gempa. "Meski ada dua cabang yang tutup karena gempa, enam cabang lain dari BCA tetap buka, dan bisa melayani nasabah seperti biasa," katanya. Djarot mengemukakan, hampir semua perbankan yang memiliki cabang di Yogyakarta mengeluarkan kebijakan khusus untuk memudahkan nasabah mengambil dananya, meski mereka tidak membawa buku rekening yang tidak bisa ditemukan di rumahnya yang rusak. "Jadi, bagi nasabah yang buku rekeningnya hilang, cukup menunjukkan identitas resmi saja sudah bisa mengambil uang," katanya. Bantuan BI Djarot juga mengatakan, bantuan dari BI pusat sebanyak satu truk yang berisi tenda, selimut, makanan dan obat-obatan pada Senin (29/5) pagi sudah sampai di Yogyakarta, dan langsung disalurkan ke Satkorlak Bantul. Menurut dia, bantuan itu merupakan tahap awal untuk segera membantu korban gempa di Yogyakarta, sedangkan bantuan lain akan segera diberikan setelah dilakukan survei mengenai kebutuhan paling kongkrit dari para korban. "Besok juga akan datang bantuan satu truk dari BI Kediri dan dua truk dari BI Surabaya. Isi bantuan, antara lain makanan dan obat-obatan. Untuk tahap selanjutnya bantuan akan diberikan setelah kita melakukan survei dalam waktu dekat," demikian Djarot Sumartono. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006