Tokyo (ANTARA) - Harga minyak stabil di awal perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah rencana OPEC+ untuk memangkas lebih banyak produksi mengguncang pasar pada hari sebelumnya, dengan perhatian investor beralih ke tren permintaan dan dampak harga yang lebih tinggi pada ekonomi global.

Minyak mentah berjangka Brent menyusut dua sen menjadi diperdagangkan di 84,91 dolar AS per barel pada pukul 00.29 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat lima sen, menjadi diperdagangkan pada 80,47 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan melonjak lebih dari 6,0 persen pada Senin (3/4/2023) setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, mengguncang pasar dengan pengumuman rencana pada Minggu (2/4/2023) untuk menurunkan target produksi sebesar 1,16 juta barel per hari ( bph).

Janji terbaru membawa total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari termasuk pemotongan 2 juta barel Oktober lalu, menurut perhitungan Reuters - sama dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.

"Aksi beli besar-besaran dari pengurangan produksi OPEC+ telah mereda dan perhatian pasar telah beralih ke prospek permintaan di masa depan," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit dari Nissan Securities.

"Dalam jangka pendek, permintaan diperkirakan akan meningkat untuk musim berkendara di musim panas, tetapi harga minyak yang lebih tinggi dapat mengintensifkan tekanan inflasi dan memperpanjang kenaikan suku bunga di banyak negara, yang dapat mengurangi permintaan," katanya. Kikukawa mencatat dampaknya juga dapat memicu kembali kekhawatiran tentang industri keuangan global.

Pembatasan produksi OPEC+ menyebabkan sebagian besar analis menaikkan perkiraan harga minyak Brent mereka menjadi sekitar 100 dolar AS per barel pada akhir tahun. Goldman Sachs menaikkan perkiraannya untuk Brent menjadi 95 dolar AS per barel pada akhir tahun ini, dan menjadi 100 dolar AS untuk tahun 2024.

Namun, berita tersebut menambah kekhawatiran investor tentang biaya yang lebih tinggi untuk bisnis dan konsumen, meningkatkan kekhawatiran bahwa sentakan inflasi terhadap ekonomi dunia dari kenaikan harga minyak akan menghasilkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Pengamat pasar telah mencoba untuk mengukur berapa lama lagi Federal Reserve AS mungkin perlu terus menaikkan suku bunga untuk mendinginkan inflasi, dan apakah ekonomi AS mungkin menuju resesi.

Aktivitas manufaktur AS merosot ke level terendah dalam hampir tiga tahun pada Maret dan dapat menurun lebih lanjut karena kredit yang lebih ketat dan biaya pinjaman yang lebih tinggi.


Baca juga: Mengapa OPEC memangkas produksi minyak?
Baca juga: Minyak melonjak, OPEC+ kejutkan pasar dengan pangkas target produksi
Baca juga: Rusia: Pengurangan produksi minyak penting untuk jaga harga minyak

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2023