Jakarta (ANTARA News) – Cisco System Indonesia menerapkan Cisco Networking Academy Program (CNAP) di SMK Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah.

CNAP merupakan program yang dibuat Cisco untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam bidang informasi komunikasi dan teknologi melalui sertifikasi. Siswa jurusan teknik jaringan komputer di SMK tersebut akan menerima kurikulum dari Cisco yang berstandar internasional.

"Pelajaran yang diterima persis sama dengan yang di Amerika, Eropa," kata Direktur Penjualan Cisco System Indonesia, Catharina Hadiningtyas, saat peresmian CNAP di SMK Muhammadiyah, Kudus.

Siswa di sekolah itu diberikan kurikulum Cisco dari ingkat dasar hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Ketika siswa telah lulus ujian dalam suatu level, maka ia mendapat sertifikat sesuai dengan level yang diikutinya.

"Kami punya beberapa level sertifikasi, kalau SMK level Cisco Certified Network Associate (CCNA)," katanya.

Menurutnya keahlian ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Ia berpendapat seluruh perusahaan, baik yang berskala besar maupun kecil, membutuhkan networking.

Di Indonesia, ini bukan kali pertama Cisco mengadakan kerja sama serupa. "Untuk Indonesia, total ada 45 instiusi setingkat SMA-SMK," katanya.

Ia mengaku program ini sudah ada di Indonesia sjak tahun 1998 dengan jumlah instruktur sebanyak 330 dan lulusan CNAP sebanyak 88 ribu.

"88 ribu ini tidak melulu pelajar yang fresh, ada juga yang sudah bekerja kemudian certified," jelasnya.

Dalam pembuatan CNAP di Kudus ini, Cisco bekerja sama dengan Djarum Foundation.

"Tujuannya supaya menarik minat anak-anak SMP untuk masuk SMA. Negara ini buuh tenaga terampil yang siap bekerja. SMK sedang kita kembangkan dengan standard dunia," kata Primadi H. Serad, Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation.

Ia menjelaskan setelah pelajar lulus dari program ini, ia akan mendapat job training di sejumlah vendor Cisco.

Catharina menjelaskan program ini merupakan bentuk kepedulian kepada masyarakat melalui edukasi.

"Kami juga melihat yang relevan dengan apa yang terjadi dengan dunia bisnis. Kalau nggak relevan buat apa juga, nanti tidak ada penyerapan (tenaga kerja)," katanya.

Kepala SMK Muhammadiyah Kudus Purwanta Agung berharap melalui program ini, lulusan sekolahnya akan memiliki daya tawar yang lebih baik.

"Pada akhirnya, mereka akan punya sertifikat internasional, tentu akan menjadi daya tawar untuk lulusan-lulusan kami," katanya.


Baru siswa kelas 2

Karena program CNAP baru pertama kali diadakan, program ini baru berlangsung untuk siswa kelas 2 jurusan teknik jaringan komputer.

"Sementara ini, karena keterbatasan, yang kami layani baru jurusan teknik jaringan komputer dulu karena kurikulumnya sinkron dengan Cisco," jelas Purwanta.

Ia berpendapat selain menggunakan bahasa Inggris, materi yang didapat para siswa tidak begitu jauh dengan materi yang pernah mereka pelajari sebelumnya.

"Ditambahi dengan muatan-muatan logic yang mendetail," jelasnya.

Materi Cisco pun dinilainya interaktif. Bila siswa kesulitan memahami suatu bahan, dengan megklik bahan yang dituju, mereka akan mendapat penjelasan materi tersebut.

Para siswa itu kini mendapat kurikulum CCNA Discovery 1, teori umum tentang networking. "Ini sudah sampai chapter 3, memasuki chapter 4," kata Purwanta.

Sebelum diremsikan hari ini, para siswa telah mendapat kurikulum internasional ini sejak sebulan yang lalu.

Purwanta menjelaskan sertifikat akan diberikan kepada siswa bila siswa yang bersangkutan telah lulus dalam satu level.

"Tetapi ia baru menerima semua sertifikat itu setalah kelas 3, setelah lulus. Kalau kelas 1 dan 2 kan belum bisa bekerja," jelasnya.

Untuk sementara ini pun belum semua siswa kelas 2 mendapat kurikulum Cisco. Purwanta mengaku untuk sementara ini mereka mengadakan seleksi awal berupa pengetahuan berbahasa Inggris karena kurikulum tersebut menggunakan bahasa itu.

"Supaya dia bisa mengikui pelajaran," katanya.

Bagi beberapa siswa yang dianggap belum mampu berbahasa Inggris, ia memberikan pelatihan untuk mempelajarinya.

Tidak hanya murid, enam guru yang mengajar pun harus mengikuti pelatihan Cisco di Jogjakarta sebelum menularkan ilmu mereka pada para anak didiknya.

"Setelah gurunya dilatih, baru bisa membuka kelas," katanya.

Purwanta mengaku para guru yang mengikuti pelatihan selama satu bulan sudah memiliki pengalaman dalam bidang komputer.

SMK ini pun sudah cukup lama berkontribusi dalam bidang informasi teknologi kapda masyarakat. Sekolah ini pernah memberikan bantuan berupa entr data saat pemilihan umum berlangsung di Kabupaten Kudus.

Hal ini ula yang menjadikan Purwanta yakin ketika mengajukan pada dinas pendidikan setempat untuk mendapatkan kurikulum itu.

"Karena kami sudah membuktikan diri berperan tidak hanya di sekolah, tapi juga di masyarakat."

(nta)

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2012