Padang (ANTARA News) - Keberadaan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) yang dikembangkan kelompok tani di kabupaten dan kota di Sumatera Barat, mulai dirasakan manfaatnya terutama dalam situasi terjadinya bencana alam.

Kelompok Tani mulai sudah mulai merasakan manfaatnya LPM, karena saat masa paceklik atau bencana tak terlalu banyak membutuhkan bantuan, kata Petugas Pendamping LPM Palito, Lakitan, Kecamatan Lengayang Pesisir Selatan, Zaiful Asni ketika dikonfirmasi dari Padang, Minggu.

Ia menjelaskan, anggota kelompok Pelito ada pula yang terkena dampak bencana banjir bandang pada November 2011, namun tidak terlalu banyak membutuhkan bantuan. Sebab, konsep dalam pengembangan LPM bahwa saat masa paceklik anggota bisa meminjam untuk melanjutkan usaha pertaniannya.

Namun, alhamdulillah belum ada terjadi serangan hama atau gagal panen sejak berdirinya LPM pada 2010, hanya kejadian bencana alam yang dialami.

Ia menjelaskan, setiap petani yang masuk kelompok tani disepakati untuk menitipkan sebanyak satu karung gabah kering giling panen (GKP) ke LPM dan kini sebanyak 32 orang anggota.

Pola itu diterapkan sebagai modal dasar bagi kelompok dalam pengembangan LPM, sehingga saat ini GKP yang berada pada gudang LPM sebanyak 80 karung atau setara 4.000 kilogram.

Biasanya, kata Asni, GKP ditarok dalam gudang paling lama dua bulan dan harus dijual ke pedagang karena dibiarkan lama waktunya bisa berjamur. Selain itu, GKP dijual apabila ada tanda-tanda rusak meskipun dalam keadaan tersebut, harga belum memberi untung kepada kelompok.

Kelompok Palito sejak menjalankan program LPM, sudah mendapatkan dua kali kucuran dana bantuan dengan sistem grand dan langsung ke rekening kelompok setiap tahap sebesar Rp20 juta.

Ia menjelaskan, dana tersebut dipergunakan LPM untuk membeli gabah anggota dan masyarakat yang ada di kawasan tersebut, khusus di nagari (desa adat, red) Lakitan terdapat seluas 310 hektare sawah masyarakat.
(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2012