Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta Rabu pagi melemah 45 poin ke level 9.205/9.215 dari posisi penutupan hari sebelumnya 9.160/9.225 per dolar Amerika Serikat (AS). "Spekulasi lepas rupiah oleh pelaku pasar lokal cukup besar, sehingga menekan mata uang lokal itu terkoreksi," kata analis valas PT Bank Saudara, Yusuf, di Jakarta. Ia mengatakan, rupiah ketika pasar dibuka merosot hingga mendekati level 9.200 per dolar AS, bahkan menjelang penutupan sesi pagi terus tertekan hingga di posisi 9.210 per dolar AS, namun ketika ditutup pasar tekanan pasar agak mengendor, sehingga posisi menjadi 9.205 per dolar AS. Pasar saat ini didominasi aksi lepas rupiah akibat menguatnya dolar AS di pasar global, katanya. Rupiah, menurut dia, kemungkinan besar akan terus tertekan pasar, setelah Presiden AS menominasikan Henry Paulson sebagai menteri keuangan AS, sehingga memicu mata uang asing itu menguat terhadap yen setelah dua hari lalu melemah. Nominasi Henry Paulson itu memicu dolar AS naik menjadi 112,30 dari sebelumnya 112,15 dan euro jadi 1.2860 dan terhadap yen jadi 144,35. Kondisi itu, menurut dia, juga didukung oleh imbauan negara-negara industri maju (G7) agar negara berkembang membiarkan mata uangnya menguat terhadap dolar AS untuk menahan defisit transaksi perdagangan AS yang terus membengkak. Selain itu juga untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS yang cenderung melambat, tuturnya. Yusuf mengatakan, indeks kepercayaan konsumen AS juga saat ini merosot menjadi 103,2 persen Mei lalu dibanding bulan sebelumnya yang hanya 101,1 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa ekonomi AS masih tertekan yang menimbulkan kekhawatiran G7 mengimbau negara berkembang untuk membiarkan mata uangnya menguat terhadap dolar AS. Namun, pada penutupan pasar nanti diharapkan Bank Indonesia kembali melakukan aksi masuk pasar, sehingga tekanan pasar tidak berlanjut, bahkan rupiah akan bisa menguat hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS, demikian Yusuf. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006