Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Rabu sore, ketika pasar menunggu data inflasi AS di kemudian hari yang kemungkinan akan mempengaruhi kebijakan Federal Reserve dalam kenaikan suku bunganya di masa depan.

Minyak mentah berjangka Brent naik 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 85,80 dolar AS per barel pada pukul 06.15 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 13 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 81,66 dolar AS per barel.

Harga minyak telah naik sekitar 2,0 persen pada Selasa (11/4/2023) di tengah optimisme bahwa Federal Reserve AS semakin dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Indeks harga konsumen AS diperkirakan menunjukkan inflasi inti pada Maret naik 0,4 persen dalam basis bulanan dan naik 5,6 persen secara tahun-ke-tahun, menurut jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom.

Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker mengatakan pada Selasa (11/4/2023) bahwa dia merasa bank sentral AS akan segera selesai menaikkan suku bunga, sementara Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia percaya inflasi, sekarang pada tingkat 5,0 persen mendekati ukuran pilihan Fed, akan mencapai "tiga pertengahan" pada akhir tahun ini.

Namun, Yeap Jun Rong, seorang analis pasar di IG mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien, bahwa "angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat menjadi dasar untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin lagi pada Juni".

Sementara itu, data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik sekitar 380.000 barel dalam pekan yang berakhir 7 April, kata sumber, bertentangan dengan perkiraan dari delapan analis yang disurvei oleh Reuters untuk penurunan 600.000 barel.

Pada saat yang sama, persediaan bensin naik sekitar 450.000 barel, menurut laporan API, sementara analis memperkirakan penarikan 1,6 juta barel.

Pemerintah AS akan merilis data persediaannya pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).

Faktor negatif lain untuk permintaan minyak, Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (11/4/2023) memangkas prospek pertumbuhan global 2023, mengutip dampak dari suku bunga yang lebih tinggi.

Selain data inflasi, pasar menunggu kejelasan lebih lanjut tentang permintaan dan pasokan minyak dengan laporan bulanan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional yang akan dirilis masing-masing pada Kamis (13/4/2023) dan Jumat (14/4/2023).

Badan Informasi Energi AS pada Selasa (14/4/2023) memangkas perkiraan produksi minyak oleh negara-negara OPEC sebesar 0,5 juta barel per hari untuk sisa tahun 2023 dan memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia 2023 sebesar 40.000 barel per hari.

Baca juga: Minyak stabil di perdagangan Asia setelah kenaikan mengejutkan stok AS
Baca juga: Minyak terangkat sekitar dua persen jelang rilis data inflasi AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023