Jakarta (ANTARA) - Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) meminta pemerintah untuk segera merevitalisasi penggilingan padi kecil untuk mengurangi kehilangan hasil panen dan meningkatkan kualitas, efisiensi dan pendapatan petani.

“Menurut pengalaman saya, kerja sama dengan penggilingan padi kecil pada dasarnya lebih mudah dibandingkan yang besar karena yang besar sudah memiliki pasarnya sendiri. Ini yang perlu menjadi perhatian kita semua,” kata Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso dalam Forum Wartawan Pertanian yang dilaksanakan secara daring, Rabu.

Sutarto mengatakan penggilingan padi kecil mendominasi jumlah penggilingan padi di Tanah Air.

Data BPS pada 2021, mencatat jumlah penggilingan padi kecil berjumlah 161.401 atau 95,06 persen dari total penggilingan padi. Sedangkan penggilingan menengah berjumlah 7,332 atau 4,32 persen dan penggilingan besar berjumlah 1.056 atau 0,62 persen.

“Sebagian besar merupakan penggilingan padi kecil dengan kapasitas 1.500kg/jam gabah dengan konfigurasi mesin dan cara kerja yang kurang memadai. PP kecil selama ini penyedia jasa penggilingan padi untuk masyarakat,” ucapnya.

Sedangkan untuk kinerja, penggilingan padi kecil juga masih belum optimal dan diperkirakan di bawah 50 persen dari kapasitas. Beras yang dihasilkan penggilingan padi kecil masih terbatas pada beras medium dan medium (-) atau glosor dengan target market sebatas pasar lokal, daerah sekitar dan beberapa diantaranya penggilingan padi menengah dan besar.

Penggilingan padi kecil juga masih lemah dalam permodalan, manajemen, penyediaan bahan dan pasar.

Oleh karena itu Sutarto meminta pemerintah untuk menjadikan penggilingan padi kecil sebagai mitra alih-alih bermitra dengan penggilingan padi menengah dan besar yang telah mempunyai target pasar sendiri.

“Apalagi (Bapanas) hanya mengumpulkan sekitar 25 padi besar dan hanya sanggup (memasok untuk stok Bulog) 60 ribu ton. Ya itu karena apa? karena mereka telah mempunyai ceruk pasar,” sebutnya.

Lebih lanjut ia juga meminta agar pemerintah tidak memberikan izin pendirian penggilingan padi baru dengan tanpa mempertimbangkan ketersediaan produksi gabah. Hal itu lantaran kapasitas terpasang penggilingan padi kerap melebihi produksi gabah.

Tercatat pada 2020, sebanyak 161.401 unit melebihi produksi gabah nasional atau kelebihan kapasitas sekitar 60 persen, sehingga terjadi pergerakan gabah antar wilayah.

“Saya pikir ini perlu dan diimbangi dengan revitalisasi penggilingan padi kecil. Harapannya, penggilingan padi besar bersinergi dengan penggilingan padi kecil meskipun tidak mudah," kata dia.

Baca juga: Kalteng membangun penggilingan padi modern optimalkan hasil pertanian

Baca juga: Presiden resmikan sentra penggilingan padi modern Bulog di Sragen

Baca juga: Bapanas minta Bulog dan usaha penggilingan padi perkuat sinergi


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2023