Mogadishu (ANTARA News) - Pertempuran di antara pria-pria bersenjata yang setia pada milisi Islam dan aliansi komandan perang dukungan Amerika Serikat (AS) di Mogadishu, ibukota Somalia, kembali berkobar dan menewaskan paling tidak tujuh orang setelah selama 72 jam tenang. Kedua pihak terlibat baku tembak senapan, roket dan artileri di daerah pinggiran Sukahola, Mogadishu timur laut, setelah apa yang dikatakan para saksi mata serangan mortir oleh milisi Islam terhadap satu posisi aliansi disusul dengan serangan darat. "Sampai saat ini, tujuh orang tewas dan 15 lainnya cedera," kata warga Sukahola, Mohamoud Haji Aden kepada Kantor Berita AFP melalui telepon dari lokasi itu, dengan latar belakang suara tembakan. Ia dan yang lainnya mengatakan bahwa bagian-bagian dari perkampungan itu, sebelumnya dikuasai para anggota Aliansi untuk Pemulihan Perdamaian dan Kontra Terorisme (ARPCT), kini dikuasai para pejuang milisi Islam Mogadishu. "Milisi Islam telah merebut daerah itu," kata Aden. "Pertempuran sekarang sangat seru dan milisi Islam tampaknya dipersiapkan dengan sangat baik untuk serangan itu," kata penduduk lain Sukahola, Dahir Hassan. Seorang mantan perwira militer Somalia, Mohamed Hassa, mengemukakan kepada AFP bahwa serangan itu direncanakan dengan baik dan dilakukan oleh kelompok Islam, yang sekarang diperkirakan menguasai 80 persen kota yang porak poranda akibat perang itu. "Serangan itu terjadi Rabu subuh dengan truk-truk besar disulap seperti kendaraan komersil. Ini terencana dengan baik dan untuk pertama kali salah satu pihak melancarkan serangan taktis yang mengejutkan," katanya. Pertempuran itu dimulai tidak lama setelah subuh, yang melanggar perjanjian gencatan senjata tidak resmi yang diberlakukan sejak Minggu, sehari setelah paling tidak 30 orang tewas. Korban tewas terbaru itu --empat dari aliansi, dua milisi Islam dan seorang warga sipil-- meningkatkan jumlah mereka yang tewas dalam babak terbaru bentrokan yang dimulai Rabu menjadi 69 orang. Bentrokan senjata itu memburuk, Kamis dan meledak Sabtu. Lebih dari 300 orang tewas sejak aliansi komandan perang dan milisi Islam mulai terlibat pertempuran, Februari 2006. ARPCT dibentuk Februari lalu dengan dukungan AS untuk mengekang pengaruh yang semakin kuat milisi Islam dan menumpas ekstremis termasuk para anggota Al Qaeda, yang ditampung kelompok Islam itu. Milisi Islam itu, yang mengumumkan perang suci melawan aliansi itu, membantah tuduhan-tuduhan tersebut. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006