Beijing (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Jumat sore, di tengah kekhawatiran pengetatan pasokan ketika pasar menantikan laporan bulanan Badan Energi Internasional (IEA) di kemudian hari untuk mengklarifikasi prospek permintaan global.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 36 sen atau 0,42 persen, menjadi diperdagangkan di 86,45 dolar AS per barel pada pukul 06.00 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat 43 sen atau 0,52 persen, menjadi diperdagangkan di 82,59 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan turun lebih dari satu persen di sesi sebelumnya.

Baca juga: Minyak naik di Asia karena pasokan ketat, jelang laporan bulanan IEA

"Ekspor Rusia menunjukkan tanda-tanda melemah karena produksi dilaporkan telah dibatasi 700.000 barel per hari (bph)," kata analis dari ANZ Bank dalam catatan klien.

Investor juga fokus pada laporan pasar minyak bulanan IEA yang akan dirilis pada Jumat. Kemungkinan bahwa lembaga tersebut dapat menurunkan prospek permintaan global karena pertumbuhan ekonomi makro yang goyah membantu membatasi harga.

Sebuah laporan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dirilis pada Kamis (13/4/2023) menunjukkan risiko penurunan permintaan musim panas, mengutip latar belakang pertumbuhan yang lebih lemah, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan ketidakstabilan di sektor keuangan global.

Namun demikian, data perdagangan China pada Kamis (13/4/2023) menunjukkan bahwa impor minyak mentah oleh konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu naik 22,5 persen secara tahun ke tahun pada Maret, memicu sentimen bullish mengenai pemulihan ekonomi China.

"Meskipun ada tekanan ekonomi baru di AS dan Eropa, permintaan global untuk bahan bakar mobilitas telah meningkat 2,2 juta barel per hari selama minggu referensi yang berakhir 8 April, dibandingkan dengan tingkat tahun lalu," kata analis JP Morgan dalam catatan klien.

Sebuah rebound di China bersama dengan negara-negara Asia lainnya menyumbang dua pertiga dari pertumbuhan permintaan bahan bakar mobilitas global, kata para analis.

Level yang sedikit lebih tinggi pada Jumat pagi datang pada akhir minggu di mana kedua harga acuan mencapai level tertingginya dalam lebih dari dua bulan, karena data inflasi AS yang melambat dan dolar melemah.

WTI telah melonjak 2,0 persen sejauh minggu ini dan Brent naik 1,3 persen, dengan keduanya menuju kenaikan mingguan keempat berturut-turut.

Indeks dolar AS diperdagangkan pada level terendah satu tahun, setelah rilis data harga konsumen dan produsen AS minggu ini meningkatkan ekspektasi bahwa Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga.

Pelemahan greenback membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, meningkatkan permintaan.

Para analis mengatakan harga saat ini bisa mendekati batas teknis.

"Sepertinya reli harga minyak mentah akhirnya membentur tembok," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Harga minyak diperkirakan akan mencatat tren kenaikan, tetapi kenaikannya diperkirakan akan dibatasi pada 90 dolar AS per barel, kata analis CMC Markets, Leon Li.

Baca juga: Minyak jatuh karena ambil untung setelah sentuh tertinggi multi-bulan

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023