Tokyo, Jepang (ANTARA) - Warga Jepang pada Kamis (13/4) menggelar aksi unjuk rasa di Tokyo guna memprotes rencana pemerintah Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut, dua tahun setelah keputusan itu diumumkan.

Mengabaikan penolakan baik di dalam maupun di luar negeri, pemerintah Jepang pada 13 April 2021 memutuskan untuk membuang jutaan ton air yang terkontaminasi nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak ke laut.

Sambil membawa sejumlah papan bertuliskan kalimat-kalimat seperti "Jangan biarkan air yang tercemar nuklir mencemari laut" dan "Jangan menumpahkan racun ke laut", sekitar 120 pengunjuk rasa dari segala usia berkumpul di depan Dewan Perwakilan Rakyat Jepang, atau majelis rendah Diet Jepang.

"Pengolahan air yang terkontaminasi nuklir tidak boleh diserahkan kepada pemerintah Jepang untuk diputuskan dengan preferensinya sendiri," kata Miyako Kumamoto kepada Xinhua.

Warga berusia 80 tahun itu pindah ke Prefektur Fukushima setelah pensiun, tetapi terpaksa mencari perlindungan di Tokyo setelah insiden nuklir Fukushima pada 2011.

"Saya ingin pensiun dan menikmati kehidupan yang indah di Prefektur Fukushima," katanya. "Insiden nuklir itu tidak hanya menghancurkan kehidupan penduduk setempat, tetapi juga mereka yang bergantung pada laut."

Menurut Kumamoto, masyarakat tidak boleh tinggal diam atas keputusan pemerintah Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut, tetapi justru harus aktif menentangnya.

"Saya tidak ingin orang-orang menunjuk ke arah saya dan mengatakan, 'air yang terkontaminasi itu dibuang dari dekat rumahnya,' meskipun membuang air yang terkontaminasi ke laut memungkinkan kita untuk pulang ke rumah lebih cepat," ujar Yoshiko Furukawa, yang dahulu tinggal di dekat PLTN Fukushima Daiichi, dalam aksi protes itu.

Air yang terkontaminasi itu pertama-tama harus disimpan untuk meminimalkan radioaktivitasnya sebelum dunia menemukan cara untuk menanganinya, kata Toshihiro Inoue, penyelenggara unjuk rasa yang digelar pada Kamis.

Jika air yang terkontaminasi nuklir diizinkan untuk dibuang ke laut, tindakan pembuangan yang sewenang-wenang akan terjadi setiap kali kontaminasi nuklir terjadi di masa mendatang, katanya.

Menurut Inoue, para pengunjuk rasa yang hadir pada Kamis berasal dari sekitar Tokyo, sementara sejumlah aksi protes serupa diadakan di seluruh Jepang, beberapa oleh individu dan yang lainnya oleh kelompok.

Dalam dua tahun terakhir, berbagai aksi unjuk rasa, mars, dan protes telah dilancarkan, bersama dengan sesi pembelajaran daring tentang air yang terkontaminasi nuklir untuk menyebarkan pengetahuan tentang bahayanya, tambahnya.

Pemerintah Jepang pada Januari lalu mengatakan bahwa mulai musim semi atau musim panas tahun ini, lebih dari 1 juta ton air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima yang rusak akan dibuang ke Samudra Pasifik setelah melewati proses pengolahan, demikian Xinhua dikutip Jumat.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
COPYRIGHT © ANTARA 2023