Washington (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat, George W Bush, hari Rabu menyatakan "kerepotan" akibat berita tentang penyelidikan Pentagon kemungkinan menemukan beberapa Marinir negara itu membunuh 24 warga Irak, termasuk wanita dan anak-anak. Tapi, dalam pernyataannya kepada wartawan, Bush mengatakan bahwa "penyelidikan seksama" atas peristiwa itu masih berlangsung dan jika diputuskan bahwa bilan bertindak tidak sah, tentara Amerika Serikat itu akan dihukum. Ia juga menyatakan penyelidikan itu terbatas pada beberapa tentara dan bahwa sebagian besar orang Amerika Serikat bertugas di Irak bertindak terhormat. "Saya kerepotan dengan laporan awal itu," kata Bush di Gedung Putih seusai bertemu dengan Presiden Rwanda Paul Kagame, yang berkunjung ke Washington hari Rabu. "Jika terbukti hukum dilanggar, akan ada hukuman," kata presiden Amerika Serikat itu, "Mereka yang melanggar hukum, kalau mereka melakukannya, akan dihukum." Pemerintah Bush menjanjikan pengungkapkan tuntas terbuka temuan penyelidikan tentara atas dugaan pembantaian sedikit-dikitnya 24 warga oleh Marinir Amerika Serikat di Irak. Dua penyelidikan terpisah sedang dilakukan Departemen Pertahanan Amerika Serikat atas pembunuhan itu dan pejabat negeri itu menyatakan penyelidikan tersebut hampir selesai. Pengecam menuding tentara berupaya menutupi kejadian 19 November 2005 itu, yang menjadi skandal terbesar untuk menjatuhkan pasukan gabungan pimpinan Amerika Serikat sejak skandal penjara Abu Ghraib. Tapi, Bush menyatakan daripada mencoba menutupi dugaan kejahatan itu, Marinir dituntut mencari keadilan dalam perkara tersebut. "Tak ada yang lebih prihatin dalam tuduhan itu selain Korps Marinir," katanya, "Korps Marinir penuh pria dan wanita terhormat, yang mengerti aturan perang. Jika dalam kenyataan, tuduhan itu benar, Korps Marinir akan bekerja keras untuk meyakinkan bahwa budaya kebanggaan itu akan ditegakkan." Penembakan tersebut diungkap majalah "Time" pada ahir Maret 2006, yang mengutip keterangan kelompok hak asasi manusia Irak dan penduduk Haditha. Menurut berita itu, Marinir Amerika Serikat menyerbu satu rumah di desa Irak tersebut, melemparkan granat dan menembaki sejumlah orang, termasuk wanita dan anak-anak, dengan darah dingin. Pejabat pertahanan Amerika Serikat menyatakan tuduhan dalam perkara itu mencakup pembunuhan oleh Marinir dalam peristiwa tersebut, yang oleh sejumlah pihak dibandingkan dengan pembantaian tahun 1968 atas warga tak bersenjata oleh balatentara negara adidaya itu di desa My Lai dalam perang Vietnam. Perdana menteri Irak hari Selasa menyatakan kesabarannya mulai habis dengan alasan tentara Amerika Serikat, yang membunuh warga sipil "karena keliru", dan mengatakan akan melancarkan penyelidikan mengenai pembunuhan di Haditha tahun lalu itu. "Ada batas bagi alasan yang dapat diterima. Ya, kekeliruan bisa terjadi, tapi ada batas yang dapat diterima bagi bermacam kekeliruan," kata Nuri Maliki ketika ditanya mengenai penyelidikan kematian 24 orang Irak di kota di bagian barat negeri itu. "Kami kuatir dengan peningkatan dalam `kekeliruan`. Saya tak mengatakan semua itu disengaja, tapi itu mengkuatirkan kami," katanya dalam wawancara di kantornya di Bagdad. Belum lagi persoalan itu selesai, Badan keamanan gabungan Amerika Serikat-Irak hari Rabu menyatakan serdadu negara adidaya itu "tanpa sengaja" membunuh dua wanita akan ke rumahsakit bersalin di utara Bagdad, demikian laporan DPA, Reuters dan AFP. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006