Cirebon, Jawa Barat (ANTARA) - Bangsa Indonesia memang lihai dalam menyiapkan objek-objek menarik yang memanfaatkan kekayaan alamnya untuk memanjakan mata.

Kekayaan alam itu, mulai dari pantai, hutan, gunung, hingga elemen-elemen di dalamnya mempunyai visual, bak pahatan seni Sang Pencipta. Sebut saja salah satunya adalah Taman Batu Lawang yang terletak di Desa Cupang, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Objek eksotik yang jaraknya hanya sekitar 5 jam 44 menit dari Jakarta dan diresmikan 21 Mei 2016 itu memiliki nama "Lawang" yang berarti pintu dalam Bahasa Sunda.

Pemandu wisata Taman Batu Lawang, Doni, menjelaskan nama itu karena adanya sebuah batu besar nan tinggi menjulang ke atas, yang secara alami terbelah membentuk semacam pintu masuk.

Taman Batu Lawang mempersilakan pengunjung datang setiap harinya dari pukul 07.00 hingga 17.00 WIB. Sedikit memerlukan waktu untuk sampai ke tempat ini karena wisatawan harus melewati Desa Cupang, sebuah desa yang mempunyai perkebunan luas, mempunyai banyak tanaman jagung dan jalan kecil yang sedikit berkerikil supaya bisa pergi ke arah atas.

Setibanya di lokasi, ada petugas loket yang menghampiri dan menanyakan jumlah orang yang akan masuk. Pengunjung harus merogoh kocek Rp5.000 bagi pengendara yang membawa mobil, Rp3.000 untuk pengendara dengan motor. Sementara tiap orang harus membayar biaya Rp10 ribu.

Tak jauh dari tempat parkir dalam, rasa penat ataupun stres pengunjung bisa lenyap seketika karena disambut oleh bentangan batu-batu alam yang berjejer dengan bentuk yang berbeda satu sama lainnya.

Tiap batu punya bentuk dan warnanya sendiri, ada yang menumpuk ataupun melingkar, seperti sarang burung. Sementara warna batunya, mulai dari krem, hingga abu-abu tua. Pengelola sudah mengantisipasi keamanan pengunjung dengan membangun pijakan dan pagar pembatas sebagai tempat untuk berswafoto di atas batu-batu tertentu.

“Sebenarnya ini dulu tempat buat latihan panjat tebing. Kompleks ini merupakan salah satu bukit- bukti buat tambang alam atau semen, dari atas kita bisa lihat ada
Spot bebatuan yang diselimuti rindangnya pohon-pohon hijau di Taman Batu Lawang. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

pemandangan pabrik semen dari atas itu. Tapi ini rekomendasi, cukup banget buat wisata karena ini salah satu wisatawan alam di Cirebon,” kata Doni dalam perbincangan dengan ANTARA.

Di sana, pengunjung, bahkan bisa merasakan jalan kaki sehat dengan mencoba menaiki lebih dari 80 anak tangga yang berjejer rapi dari ujung ke ujung. Bila lelah, ada beberapa gazebo kecil yang siap memberikan kenyamanan untuk sekadar berteduh sebentar.

Walaupun untuk sampai ke atas jalan yang dilalui cukup curam dan sedikit licin bagi lansia, bagian bawah masih ramah untuk dinikmati karena menawarkan pemandangan sejuk dan asri, seperti pepohonan rindang yang diikuti oleh hamparan rumput hijau dan bunga-bunga aneka warna di beberapa titik area.

Sementara anak-anak bisa bermain ria di fasilitas permainan publik yang disediakan. Tempat wisata ini bahkan memiliki fasilitas lengkap lainnya yakni mushola, panggung untuk keluarga bernyanyi, toilet yang bersih, dan tempat parkir yang luas.

Kantin dengan aneka santapan lezat pun berbaris di depan tempat parkir. Menurut Ucu, seorang penjual makanan, menyebut aneka makanan, di antaranya gorengan, aneka jenis mi instan, minuman yang bervariasi, karedok, lotek, dan mi ayam.

Taman Batu Lawang hampir tidak pernah sepi, selalu saja ada wisatawan yang mampir, baik untuk foto atau hanya sekadar mencari makanan pada hari-hari biasa. Namun, jumlah pengunjung yang datang mulai berkurang ketika memasuki bulan puasa. Kunjungan meningkat kembali begitu memasuki Hari Lebaran.

Selain musim liburan, pada akhir pekan juga ramai karena banyak wisatawan yang berkunjung, mulai dari Indramayu, sekitar Cirebon, dan juga banyak dari luar kota.


Hilangkan penat

Fasilitas kantin memang cenderung sepi bila memasuki bulan Ramadhan, tapi rata-rata wisatawan yang datang sangat puas dengan keindahan alamnya. Biasanya, wisatawan yang datang akan menghabiskan waktunya ke tempat lain terlebih dulu, seperti Telaga Nilem atau berkeliling di daerah Kuningan, baru menjadikan Taman Batu Lawang sebagai objek wisata terakhir.

Pengelola objek itu mengkalim rata-rata wisatawan yang datang mengaku sangat puas. Karena ada beberapa kabupaten yang berdekatan, seperti Cirebon dan Kuningan, biasanya mereka pergi ke Kuningan dulu baru ke Taman Batu Lawang.

Darma, seorang pemudik asal Jakarta, membenarkan kalau Taman Batu Lawang sangat bisa melepas penat dari pekerjaan yang menumpuk di Ibu Kota Jakarta. Hawa sejuk yang menyelimuti tempat itu mampu membuat tubuh rileks dan mata yang dimanjakan dengan keindahan alamnya.

“Aku naik dari ujung ke ujung, benar sih di bagian ke arah puncak ada (dua batu) kayak pintu gitu. Sebenarnya seru ya kalau buat jalan. Foto yang diambil juga jadi bagus,” kata Darma kepada ANTARA.

Berbeda dengan Darma yang datang untuk melepas penat, John Santosa, seorang pengunjung asal Jakarta, justru memilih objek itu untuk mencari titik foto terbaik bersama ketiga temannya yang gemar mencari rekomendasi wisata Indonesia.

Menurutnya tempat yang amat menonjolkan bentuk unik dari batu-batu itu layak untuk kembali direkomendasikan ke masyarakat, terutama ketika menikmati liburan.

John mengaku tahu tempat itu dari temannya dan kemudian sangat menyukai titik favorit di panggung-panggung buatan itu. John dan temannya dari Jakarta naik kereta, kemudian berganti kereta di Stasiun Cirebon.
Liana dan temannya yang sedang berswafoto di salah satu spot Taman Batu Lawang. (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Sementara pengunjung lainnya, Liana mengatakan dirinya sudah telanjur lelah akibat perjalanan panjangnya di bawah sinar matahari terik. Namun dia bisa merasakan kepuasan dengan menikmati pemandangan di tingkat batu pertama. Momen itu juga diabadikan dirinya dengan berfoto bersama anggota keluarganya.

Untuk mendapatkan hasil foto yang bagus maksimal, pengunjung harus sudah tiba di pagi hari. Tujuannya supaya dapat menghindari teriknya panas matahari dan lebih nyaman beristirahat sejenak sambil bermain di lokasi itu.

“Bagus sih kalau pagi lebih bagus karena batunya kayak ada grafir ya, ada granit warnanya menonjolkan gradasinya begitu. Kita harus rekomendasikan (kekayaan alam ini),” imbuhnya.

Di samping mengucap kagum, tentunya para pengunjung turut membeberkan harapannya pada tempat ini. Darma misalnya, yang berharap kepada pemerintah membantu warga setempat memperbaiki jalan di sekitar desa supaya wisatawan lebih mudah menjangkau Taman Batu Lawang.

“Lumayan tadi berangkat pagi sampe sini ada kayak pembenaran jalan. Kirain enggak bisa naik, tahunya bisa. Sampai-sampai kayak kaget saja keindahan alam seperti ini, harga wisatanya cuma Rp10 ribu satu orang sama mobilah jadi Rp15 ribu. Sayang banget cuci mata di sini lumayan malah capek di jalan,” kata dia.

Keindahan alam memang tak pernah gagal memanjakan mata kita. Sudah seharusnya sebagai bangsa dengan kekayaan alam melimpah ruah, kita harus memanfaatkan potensinya sebaik mungkin serta menjaganya agar semakin dikenal dunia.

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Masuki M. Astro
COPYRIGHT © ANTARA 2023