PBB (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres meminta para pemimpin Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) untuk segera menghentikan permusuhan dan memulai dialog guna menyelesaikan krisis di Sudan.

Guterres membuat seruan itu sebelum menyampaikan pidato pembukaannya di sebuah forum PBB tentang pembiayaan untuk pembangunan, Senin (17/4).

Dia mengutuk keras pecahnya pertempuran di Sudan dan mengatakan situasi tersebut telah menyebabkan hilangnya nyawa yang mengerikan, termasuk banyak warga sipil. Sudan mengalami bentrokan bersenjata antara tentara Sudan dan RSF sejak Sabtu (15/4).

Sedikitnya 97 orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka sejak awal bentrokan, menurut Central Committee of Sudanese Doctors (CCSD), sebuah badan nonpemerintah.

"Saya mengutuk kematian dan cedera yang dialami warga sipil dan pekerja kemanusiaan serta aksi penargetan dan penjarahan tempat. Saya mengingatkan semua pihak tentang perlunya menghormati hukum internasional, termasuk memastikan keselamatan dan keamanan semua personel PBB dan badan terkait lainnya serta pekerja bantuan kemanusiaan," kata Guterres.
 
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara pada sebuah acara untuk memperingati Hari Refleksi Internasional Genosida Terhadap Tutsi 1994 di Rwanda di markas besar PBB di New York, Jumat (14/42023). (ANTARA/Xinhua/HO-PBB)


Guterres memperingatkan eskalasi lebih lanjut dapat menghancurkan Sudan dan kawasan tersebut. Dia juga mendesak semua pihak yang memiliki pengaruh atas situasi tersebut mendukung upaya mengakhiri kekerasan, memulihkan ketertiban, dan kembali ke jalur transisi.

Dia juga telah berbicara dengan dua pemimpin Sudan pada akhir pekan lalu dan secara aktif terlibat dengan Uni Afrika, Liga Arab, dan para pemimpin di seluruh kawasan itu.

Guterres menegaskan kembali bahwa rakyat Sudan akan mendapat dukungan penuh dari PBB atas upaya mereka memulihkan transisi demokrasi serta membangun masa depan yang damai dan aman.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
COPYRIGHT © ANTARA 2023