Jakarta (ANTARA) - Misinformasi medis berkontribusi pada fakta bahwa harapan hidup masyarakat Amerika Serikat (AS) tiga sampai lima tahun lebih buruk daripada warga di negara-negara kaya serupa, sebut artikel yang dipublikasikan oleh The Seattle Times pada Minggu (16/4). 

Mengutip Komisaris Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat (AS) Robert Califf, menyerukan regulasi yang lebih baik untuk menindak misinformasi, ujar artikel opini tersebut. "Namun, apakah aturan seperti itu dapat membantu?"

"Ada bahaya nyata ketika orang-orang yang mengalami misinformasi melewatkan vaksin yang menyelamatkan nyawa atau memercayai pengobatan yang berisiko dan belum teruji. Namun, mengendalikan misinformasi merupakan hal yang rumit," ungkap artikel tersebut.

"Industri pengecekan fakta mungkin bahkan dapat memperburuk masalah dengan keliru menganggap pertimbangan nilai sebagai fakta, dan dengan menggambarkan sains sebagai seperangkat fakta yang tidak dapat diubah, alih-alih sistem penelitian yang membangun teori-teori sementara berdasarkan data yang tidak sempurna," sebut artikel itu.

Munculnya alat-alat kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) seperti ChatGPT hanya akan menambah kkebingungan

Versi terbaru ChatGPT, dengan GPT-4, tampak efisien, artikulatif, cerdas, dan beberapa pakar khawatir alat tersebut dapat digunakan sebagai mesin misinformasi dengan tenaga turbo yang membanjiri orang-orang dengan berita palsu dan gambar palsu buatan AI, papar artikel tersebut.

"Banyak orang kesal, bahkan marah atas merajalelanya misinformasi daring, namun tidak terlalu khawatir akan tertipu oleh hal itu. Masalah sebenarnya adalah orang-orang yang lebih mudah tertipu," tambah artikel itu. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023