Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia melemah pada perdagangan Selasa, menghapus kenaikan awal dari data ekonomi China yang lebih baik dari perkiraan karena tanda-tanda tambal sulam dalam pemulihan negara itu membebani sentimen investor.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,50 persen, kerugian yang lebih dalam dari hari sebelumnya ketika turun 0,27 persen.

Perekonomian China tumbuh 4,5 persen tahun ke tahun untuk kuartal pertama, melampaui ekspektasi sebagian besar ekonom.

Mata uang Australia dan Selandia Baru, yang ekspornya bergantung pada permintaan China, keduanya bergerak lebih tinggi setelah data PDB.

Meskipun ada beberapa momentum awal di pasar yang lebih luas, data yang lebih baik dari perkiraan gagal memicu reli berkelanjutan di ekuitas regional.

Indeks Hang Seng Hong Kong berakhir turun 0,77 persen pada Selasa, terseret lebih rendah oleh saham konsumen dan teknologi. Indeks CSI 300 saham-saham unggulan China ditutup 0,30 persen lebih tinggi.

Saham Australia melemah dengan indeks S&P/ASX 200 berakhir turun 0,29 persen. Indeks saham Nikkei Jepang adalah pemain yang menonjol di kawasan ini karena ditutup naik 0,51 persen.

Para analis mengatakan kinerja pasar beragam adalah hasil dari beberapa data China yang mendasari jatuh di bawah ekspektasi, meskipun hasil utamanya kuat.

Data terpisah pada aktivitas China juga dirilis pada Selasa menunjukkan output pabrik mencatat percepatan tetapi meleset dari ekspektasi, sementara pertumbuhan investasi aset tetap secara tak terduga melambat.

"Angka utama adalah kejutan positif dan secara keseluruhan itu adalah kumpulan angka yang bagus meskipun tidak merata, yang tercermin dalam respons pasar," kata David Chao, ahli strategi pasar global untuk Asia Pasifik di Invesco.

"Tesis yang dimiliki pasar bahwa China keluar dari pandemi dan pertumbuhan akan didorong oleh konsumsi masih berlaku. Sementara pemulihan berada di jalurnya, menurut saya pertumbuhan ekonomi dari apa yang telah kita lihat sejauh ini tidak terlalu melebihi ekspektasi."

Chao mengatakan investasi properti yang lebih lemah selama kuartal tersebut menunjukkan sektor rawan masalah itu belum pulih dan dapat kembali menahan pertumbuhan ekonomi China tahun ini.

"Saya kira angka-angka hari ini menunjukkan bahwa target pertumbuhan 5,0 persen akan terpenuhi tetapi berapa banyak pertumbuhan melebihi itu akan bergantung pada pasar properti," katanya.

Untuk tahun 2023, pertumbuhan PDB China diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4 persen, menurut jajak pendapat Reuters minggu lalu, dari 3,0 persen tahun lalu, yang merupakan salah satu kinerja terburuknya dalam hampir setengah abad akibat pandemi.

Pemerintah China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 5,0 persen untuk tahun ini setelah gagal mencapai target 2022.

Di perdagangan Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 3,5889 persen dibandingkan dengan penutupan AS di 3,591 persen pada Senin (17/4/2023).

Imbal hasil dua tahun, yang naik seiring ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,1773 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,188 persen.

Di tempat lain, bank sentral Australia mempertimbangkan kenaikan suku bunga untuk ke-11 kalinya pada April sebelum memutuskan untuk berhenti, tetapi siap untuk memperketat lebih lanjut jika inflasi dan permintaan gagal mereda, risalah pertemuan April bank sentral menunjukkan.

Pada awal perdagangan Eropa, pan-region Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,16 persen di 4.322, DAX berjangka Jerman naik 0,13 persen di 15.951, FTSE berjangka naik 0,16 persen di 7.893. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 turun 0,08 persen pada 4.173,3.


Baca juga: Saham di Asia dibuka hati-hati jelang data pertumbuhan ekonomi China
Baca juga: Saham Asia dibuka turun tipis di tengah laporan laba AS dan data China
Baca juga: Saham Asia dibuka naik saat Singapura hentikan pengetatan kebijakannya

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2023