Banjarmasin (ANTARA News) - Air Sungai Barito Kalimantan Selatan, yang selama ini menjadi tumpuan hidup warga Banjarmasin dan sekitarnya dinyatakan tercemar limbah sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan Drg.Rosihan Adhani,MS di Banjarmasin, Jum`at (2/6) mengatakan tercemarnya sungai Barito dan beberapa sungai lainnya, bisa mengakibatkan kecacatan terhadap bayi maupun warga, bila air tersebut tidak diolah secara benar. Hal ini karena, di Kalsel cukup banyak adanya tambang-tambang emas dan batu bara yang mengadung limbah yang cukup tinggi dan langsung di buang di sungai. Dari hasil survei yang dilakukan Dinkes secara berkala, tambah Rosihan, penyakit yang berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat. Hal tersebut tercermin dari masih tingginya kejadian seperti keracunan dan timbulnya penyakit yang berbasis lingkungan. Kondisi ini di disebabkan masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan penggunaan jamban keluarga yang tidak memperhatikan ketentuan kesehatan. Selain itu, perilaku hidup sehat masyarakat juga masih sangat rendah, yang diantaranya tercermin dalam kurang bersihnya pengelolaan bahan makanan serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida yang kurang memperhatikan aspek kesehatan. Menurutnya, keracunan yang terjadi di Pondok Pesantren Putri Al Falah beberapa waktu lalu, juga semata-mata disebabkan faktor lingkungan yang sangat kotor. Data hasil survei yang dilakukan Dinkes sejak tahun 1995, kematina bayi di Kalsel rata-rata disebabkan karena buruknya kondisi lingkungan. Penyakit akibat faktor lingkungan tersebut diantaranya, Asthma, 2,5 persen, Pneumena 16,4 persen, Diare, 11,4 persen, tetanus, 4,7 persen, ISPA, 3,9 persen, Ensefalitis 2,5 persen, Bronchitis 2,5 dan Emfisema, 2,5 persen. Sementara itu, Rusdiansyah SH, Kasi pengawasan tempat umum dan lingkungan, mengungkapkan, kendati tercemar, asalkan warga mengolahnya dengan benar, air sungai Barito masih bisa dikonsumsi. Menurutnya, sebaikanya sebelum air tersebut di konsumsi di endapkan terlebih dahulu, kemudian di rebus hingga mendidih 100 drajat celcius selama satu menit. Sebagaimana diketahui, hingga saat ini warga Banjarmasin, terutama yang tinggal di pinggiran sungai masih sangat tergantung dengan keberadaan sungai untuk melakukan aktifitas sehari-hari baik itu, mandi, mencuci memasak dan membuang air besar. Bahkan beberapa warung yang berada di pinggir sungai, masih sering menyuci beras disungai tersebut secara langsung, padahal di sungai itu juga warga lainnya membuang air besar. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006