Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Burhanuddin Muhtadi menilai wacana pencapresan Rhoma Irama oleh sejumlah partai kemungkinan besar hanya merupakan strategi mendulang perolehan suara pemilih pada pemilu legislatif.

"Pencapresan Rhoma Irama hanya sebagai `window shopping`, artinya hanya dimanfaatkan untuk menaikkan suara dari pendukung Rhoma Irama," kata Burhanuddin dalam diskusi bertajuk `Yang Mana Partai Islam di Indonesia?` yang diselenggarakan salah satu media daring (online) di Jakarta, Senin.

Burhanuddin mengatakan indikator pencapresan Rhoma Irama hanya menjadi strategi belaka lantaran pemilihan umum legislatif akan digelar lebih awal dari pilpres.

Kemungkinan lain menurut Burhanuddin, pencapresan sosok Raja Dangdut itu juga disebabkan partai Islam mengalami krisis figur atau tokoh yang akan dicalonkan menjadi presiden.

Dua buah partai yang belakangan menyebut-nyebut Rhoma Irama sebagai calon presiden alternatif yakni PKB dan PPP.

Wakil Sekretaris Jendral PKB Abdul Malik Haramain mengakui partainya melirik Rhoma karena sosok publik figur itu memiliki pengikut dan fans yang melimpah.

"Kami melirik Rhoma Irama karena beliau punya pengikut. Sebagai langkah politik wajar PKB melirik dia," kata Malik.

Namun, Malik membantah apabila partainya dianggap krisis figur. Menurut dia pascaera Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), PKB kehilangan tokoh yang kuat secara figur, namun PKB tetap memiliki tokoh-tokoh caleg yang menjadi figur di daerah.

"Jangan lupa PKB mempunyai tokoh-tokoh lokal kuat yang menjadi ikon di daerah masing-masing. Faktor kinerja caleg berperan bagi perolehan suara partai, karena masyarakat lebih banyak mencoblos karena faktor caleg, bukan karena partainya," ucap Malik.

Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Fernita Darwis mengatakan bahwa wacana pencapresan Rhoma Irama tidak lain karena PPP terbuka dengan tokoh manapun.

"Sejauh ini Surya Dharma Ali masih menjadi nomor satu, tetapi seandainya di dalam partai ada suara-suara yang menginginkan usulan alternatif nama lain itu PPP terbuka," ujar dia.
(R028/C004)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2012