Jakarta (ANTARA News) - Usai supermodel terakhir memeragakan produk di panggung titian Tel Aviv Fashion Week, kota di Israel ini  mengalami serangan untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun terakhir.

Meskipun perseteruan dengan Palestina masih berlanjut, Tel Aviv bertekad untuk menjadi salah satu pusat mode dunia. Kota itu mengadakan "Fashion Week" untuk kedua kalinya dalam kurun waktu tiga puluh tahun.

Bos majalah seni Vice, Charlet Duboc, menjadi orang di balik Fashion Week. Di Israel, ada aturan soal bobot  dan ukuran untuk para model dan semua peragawatinya adalah tentara.

"Kita sedang menyaksikan pemandangan di mana para model berpakaian seperti tentara, dan sedikit terbuka dalam balutan busana bernuansa religi," ujar Duboc.

Presiden Tel Aviv Fashion Week, Lev Ofir, mengatakan bahwa jumpa pers rangkaian pagelaran busana ini dilaksanakan tiga hari sebelum  pasukan Israel meluncurkan Operation Pillar of Defense ke Jalur Gaza.

Ofir mengatakan bahwa kota tersebut kini dipenuhi oleh para perancang busana, model, aktris, ahli tata rias wajah dan rambut, serta para fofografer.

"Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa banyak orang yang sangat kreatif di Israel," ujar Ofir.

Ofir juga mengatakan bahwa pihaknya ingin mengubah tampilan Israel yang identik dengan negara unta dan senjata M16.

Para jurnalis dari Milan, Hong Kong, Berlin, Paris, dan Los Angeles, datang untuk menyaksikan koleksi inovatif dari para perancang busana asal Israel. Ofir optimis bahwa fashion week ini berjalan sukses.

"Beberapa nama perancang busana yang tampil mungkin tidak terkenal di negara-negara lain di luar Israel, namun kami yakin bahwa mereka akan segera terkenal," sebagaimana diberitakan The Hollywood Reporter, dan dikutip oleh DailyMail.

(M048)


Penerjemah:
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2012