Ankara (ANTARA News) - Turki akan tetap membeli gas alam dari tetangganya Iran meskipun negara-negara Barat meningkatkan tekanan terhadap Teheran terkait sengketa program nuklirnya, kata Menteri Energi Turki, Taner Yildiz, Rabu.

"Tidak pernah terpikirkan untuk mundur dari kerja sama perdagangan itu, apalagi kami tidak pernah diminta untuk mengambil langkah tersebut," kata Yildiz seperti dikutip kantor berita Anatolia.

Iran adalah pemasok gas alam kedua terbesar setelah Rusia. Yildiz mengatakan Teheran memasok sekitar 18-20 persen dari gas yang dikonsumsi Turki.

Pada 30 November, Senat Amerika Serikat secara mutlak menyetujui sanksi ekonomi baru yang bertujuan untuk mengacaukan sektor energi, perkapalan dan pelabuhan Iran. Langkah itu diambil setahun setelah Kongres AS menerapkan sejumlah pembatasan ketat terhadap Teheran.

Proposal itu diperkirakan akan lolos di Dewan Perwakilan Rakyat AS dan segera menjadi undang undang setelah ditandatangani oleh Presiden Barack Obama.

Selama dua tahun terakhir, perekonomian Iran cenderung masih dapat bertahan di tengah sanksi yang diberlakukan AS dan Uni Eropa terhadap mereka.

Uni Eropa menghentikan pembelian minyak mentah Iran pada Juli lalu, yang diiringi penurunan ekspor Teheran ke sejumlah konsumen di Asia hingga 10-30 persen.

Namun pada 7 Desember, Amerika Serikat telah berupaya memperluas sanksi itu untuk menghantam ekspor minyak Teheran yang melibatkan sejumlah kekuatan ekonomi besar seperti Turki, China, Taiwan, India dan Korea Selatan.

Yildiz menekankan bahwa perusahaan pengolahan minyak Turki TUPRAS akan terus mengimpor minyak mentah dari Iran.

"Tidak seperti sejumlah negara Eropa lain, Turki bukanlah negara yang mengimpor tiga hingga lima persen minyak mentah dari Iran," kata Yildiz.

"Tahun lalu saja, Turki memenuhi setengah dari kebutuhan minyaknya dari Iran, negara itu merupakan sumber impor penting," tegasnya.

Tetapi Yildiz menambahkan bahwaTurki terus mengupayakan untuk membeli lebih banyak minyak dari Libya, Arab Saudi dan Rusia untuk mengurangi impor minyak dari Iran seiring sanksi yang diterapkan AS dan Uni Eropa itu.

(P012/M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2012