Jakarta (ANTARA) -
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (SpKK) Dr. dr I Gusti Nyoman Darmaputra memaparkan tentang pertolongan pertama yang bisa dilakukan masyarakat saat kulit terbakar matahari.
 
"Apabila terjadi reaksi pada kulit yang terbakar matahari, perlu diperhatikan agar panas yang sudah masuk ke kulit tidak sampai menyebar lebih luas, yang utama bisa menggunakan air mengalir atau didinginkan pakai handuk," kata Darma yang merupakan pemilik klinik spesialis kulit dan kecantikan DNI Skin Center saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
 
Darma mengatakan, reaksi awal yang muncul saat kulit terbakar matahari adalah muncul kemerahan, dan apabila tidak segera ditangani dapat melepuh sehingga menyebabkan infeksi yang lebih parah. Dia juga melarang penggunaan es pada kulit yang terbakar
 
"Jangan pakai es karena akan mengecilkan pembuluh darah, cukup meredam efek buruk dari panas, didinginkan, jangan sampai kulit lepuh karena akan berbekas," ujarnya.

Darma juga memaparkan pentingnya penggunaan pelembab atau moisturizer yang bersifat oklusif pada kulit yang terbakar.

"Kulit akan sembuh lebih baik dengan dilembabkan, dan penggunaan moisturizer yang sifatnya oklusif itu lebih baik, artinya air yang masuk tidak mudah menguap lagi," kata Darma.
 
Pelembab oklusif ini mencegah lapisan di atas permukaan kulit agar tidak kehilangan kandungan air (water loss) sehingga kulit tetap lembab.

Darma menuturkan, moisturizer yang sifatnya oklusif (melapisi) ini bagus digunakan karena kandungannya berbasis minyak atau oil based.
 
"Jadi ada dua tipe pelembab, yang pertama oklusif, kemudian humektan, kalau humektan ini water based, jadi dia sifatnya menarik air, kalau pas kulit terbakar, sebaiknya oklusif, karena kalau menggunakan humektan, saat cuaca di luar kering, takutnya luka bisa semakin kering dan mengelupas," tutur dia.

Baca juga: BMKG Lampung: Tingkat UV sangat tinggi akan terjadi di Mesuji besok
 
Dokter itu menekankan, apabila luka tidak membaik dan semakin parah, maka sebaiknya dibawa ke dokter, karena ketika kulit yang melepuh pecah bisa menimbulkan infeksi.
 
"Kalau cuma ringan merah biasa, cukup menggunakan pelembab, kalau tidak membaik, perlu diberikan obat steroid dari dokter yang tidak bisa dibeli sendiri," ujarnya.

Darma juga menegaskan, penggunaan bahan-bahan perawatan wajah atau skincare juga perlu disesuaikan dengan jenis kulit.
 
"Kalau kondisi muka berminyak, berjerawat, dan sedang tidak terbakar, maka pelembab tidak wajib, karena penggunaan pelembab bisa menutup pori-pori," lanjut dia.
 
Ia juga mengingatkan bahwa penggunaan skincare seperti retinol dan bahan-bahan AHA/BHA yang sifatnya eksfoliasi (mengangkat sel-sel kulit mati) harus lebih hati-hati di cuaca panas, karena mudah berisiko untuk muncul iritasi akibat paparan matahari yang lebih kuat.
 
"Intinya bagaimana agar menjaga kulit kita tetap seimbang, dan pahami jenis kulitnya. Kalau orang yang punya kulit kering, wajib pakai pelembab atau basic skincare yang melembabkan,
 
Kalau kulit kering dengan kondisi cuaca seperti ini penggunaan sabun dan toner tidak boleh terlalu sering, apalagi yang mengandung alkohol, itu akan mengangkat minyak pada kulit kita, sehingga kulit akan menguap dan semakin kering," katanya.
 
Untuk penggunaan serum, Darma menyarankan yang mengandung antioksidan untuk membantu mengurangi paparan radikal bebas.
 
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam beberapa hari terakhir.
 
Untuk itu, Darma menyampaikan pentingnya memperhatikan kesehatan kulit bagi masyarakat dengan menggunakan tabir surya dan mengonsumsi makanan yang mengandung antioksidan juga vitamin E.

Baca juga: Dokter kulit ingatkan penggunaan tabir surya penting untuk kesehatan
Baca juga: Nutrisi tertentu bantu lindungi kulit dari kerusakan akibat sinar UV
Baca juga: Bahaya paparan UVA dan UVB pada kulit

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2023