Khartoum, Sudan (ANTARA) - Amerika Serikat dan beberapa negara Afrika pada Kamis (27/4) berupaya untuk memperpanjang gencatan senjata di Sudan, menyusul persetujuan awal tentara Sudan atas usulan Afrika untuk mengadakan diskusi meski perang masih berlangsung.

Ratusan orang tewas dalam peperangan yang berlangsung antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Bantuan Cepat (RSF). Keduanya terlibat dalam konflik perebutan kekuasaan yang bisa menghancurkan stabilitas wilayah.

RSF mengeluarkan sebuah pernyataan berisi tuduhan bahwa pihak tentara sudah menyerang pasukannya serta menyebarkan 'rumor-rumor bohong'. Mereka tidak menyebutkan tentang usulan gencatan senjata tersebut, yang menurut tentara Sudan datang dari Otoritas Antarpemerintahan bidang Perkembangan (IGAD), sebuah blok wilayah Afrika.

Seorang warga mengatakan pada Reuters bahwa suara tembakan-tembakan meletus di Khartoum pada Kamis.

Gencatan senjata selama tiga hari memberikan jeda dalam konflik, akan tetapi tidak sepenuhnya menghentikan pertikaian itu. Akan tetapi, gencatan senjata akan berakhir pada tengah malam (22.00 GMT), dan masih banyak warga negara asing yang terjebak di Sudan, meski upaya penyelamatan sudah digencarkan selama beberapa hari terakhir.

Pada Rabu, tentara Sudan mengatakan bahwa pemimpin mereka, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, memberikan persetujuan atas rencana untuk memperpanjang gencatan senjata selama 72 jam lagi, serta mengirimkan perwakilan ke Juba, Sudan Selatan, untuk diskusi.

Tentara Sudan mengatakan bahwa para kepala negara Sudan Selatan, Kenya, dan Djibouti telah mengupayakan sebuah usulan yang termasuk perpanjangan gencatan senjata serta diskusi antara kedua pihak.

"Burhan mengucapkan terima kasih kepada IGAD dan menyatakan persetujuan awalnya terkait hal itu," begitu bunyi pernyataan itu.

Reuters tidak bisa mengontak juru bicara IGAD secara langsung untuk dimintai keterangan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony blinken dan Kepala Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat membahas kerjasama untuk mengakhiri perang tersebut secara berkelanjutan, kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan pada Rabu.

Setidaknya 512 orang tewas dan 4,200 lainnya terluka sejak pertikaian itu dimulai pada 15 April.

Krisis tersebut memaksa para pengungsi pergi meninggalkan Sudan. Menurut badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, terdapat sekitar 270,000 orang yang melarikan diri ke Sudan Selatan dan Chad.

Hujan peluru dan artileri dalam konflik itu telah meluluhlantakkan berbagai rumah sakit dan membatasi distribusi makanan di negara berpenduduk 46 juta itu.

Perawatan bagi sekitar 50,000 anak yang mengalami malnutrisi terganggu karena perang, dan rumah sakit yang masih beroperasi tidak memiliki stok peralatan medis, daya, dan air yang cukup, menurut informasi dari PBB pada Rabu (26/4).

Informasi tersebut menyebutkan pertempuran hebat terjadi di Geneina, Darfur Barat, pada Selasa dan Rabu, mengakibatkan penjarahan serta kematian warga sipil, serta menimbulkan kekhawatiran tentang ketegangan etnis.

Pada Kamis, Prancis mengatakan bahwa mereka telah mengevakuasi warga mereka dari Sudan, termasuk warga negara lain seperti dari Inggris, Amerika, Kanada, Ethiopia, Belanda, Italia, dan Swedia.

Warga asing yang dievakuasi dari Khartoum menggambarkan suasana di negara itu, dengan jalanan penuh mayat bergelimpangan, gedung-gedung yang terbakar, kompleks perumahan yang berubah jadi medan perang, serta anak-anak muda yang membawa pisau besar.

Ketegangan memuncak selama beberapa bulan terakhir antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Bantuan Cepat (RSF), yang pernah menumbangkan pemerintahan sipil pada Oktober 2021.

Gesekan antara kedua kubu itu muncul dalam proses transisi menuju pemilihan umum serta pemerintahan berbasis kerakyatan yang didukung oleh komunitas global.

Rencananya, sebuah kesepakatan akhir akan disetujui pada April, empat tahun setelah digulingkannya otokrat Omar al-Bashir.

Sumber: Reuters
Baca juga: Menlu: 390 WNI dievakuasi dari Sudan terbang dari Jeddah hari ini
Baca juga: Arab Saudi bantu proses evakuasi 67 negara dari Sudan
Baca juga: Kekerasan di Sudan berlanjut, 10.000 orang masuk ke Mesir dalam 5 hari


 

Pewarta: Mecca Yumna
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2023