Singapura (ANTARA) - Harga minyak merayap sedikit lebih tinggi di perdagangan Asia pada Jumat sore, tetapi menuju penurunan minggu kedua karena data ekonomi AS yang mengecewakan dan ketidakpastian atas kenaikan suku bunga lebih lanjut membebani prospek permintaan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni naik 47 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 78,84 dolar AS per barel pada pukul 06.56 GMT, sementara kontrak Juli yang lebih aktif diperdagangkan 52 sen atau 0,5 persen lebih tinggi pada 78,63 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 29 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan pada 75,05 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan telah turun sekitar 3,5 persen minggu ini pada pukul 06.56 GMT.

Baca juga: Minyak bersiap catat kerugian mingguan ke-2 karena kekhawatiran resesi

"Minyak mentah naik sedikit setelah dua hari penjualan besar-besaran di tengah sinyal ekonomi beragam," kata analis ANZ.

Pertumbuhan ekonomi AS melambat lebih dari yang diharapkan pada kuartal pertama, meskipun klaim pengangguran turun pada pekan yang berakhir 22 April, data menunjukkan pada Kamis (27/4/2023).

Investor juga khawatir bahwa potensi kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral yang melawan inflasi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.

Federal Reserve AS, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan mendatang dan investor minyak sedang menunggu panduan tentang arah masa depan suku bunga dan ekonomi global. The Fed akan bertemu pada 2-3 Mei.

"Pasar sepi karena beragam data ekonomi bullish dan bearish dan karena pemulihan di pasar ekuitas global memberikan kelegaan bagi investor," kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.

Saham AS ditutup lebih tinggi pada Kamis (27/4/2023) karena laba perusahaan yang kuat membantu investor mengabaikan tanda-tanda kelemahan ekonomi.

Di sisi penawaran, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Kamis (27/4/2023) bahwa kelompok OPEC+ melihat tidak perlu pengurangan produksi lebih lanjut meskipun permintaan China lebih rendah dari perkiraan, tetapi organisasi tersebut selalu dapat menyesuaikan kebijakan jika perlu.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, bulan ini mengumumkan pengurangan produksi gabungan sekitar 1,16 juta barel per hari, yang membuat harga minyak lebih tinggi.

Pasar menguat setelah pengumuman OPEC+, tetapi telah melemah sebagai tanggapan atas kekhawatiran tentang resesi dan dampak yang akan terjadi pada permintaan.

Awal pekan ini, data Badan Informasi Energi menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah dan bensin AS turun lebih dari yang diperkirakan pekan lalu, karena permintaan bahan bakar motor meningkat menjelang puncak musim mengemudi musim panas.

Baca juga: Minyak "rebound" setelah anjlok hampir empat persen di sesi sebelumnya

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2023