Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Timor Leste Mari Alkatiri yang bermasalah mengatakan, ia hanya akan mengundurkan diri jika kerusuhan semakin memburuk di negara itu di mana pertempuran dan pembakaran meletus kembali, Minggu. Dalam satu jumpa wartawan, Mari Alkatiri mengulangi penolakannya untuk mundur kendatipun tuntutan meningkat bagi pengunduran dirinya. "Kita tidak perlu membicarakan tentang hal itu karena saya akan mundur jika baku tembak berlangsung terus. Tidak sekarang," katanya menyusul kerusuhan yang menewaskan 21 orang dan puluhan ribu orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di negara termiskin Asia itu. Lebih dari 2.000 personil pasukan perdamaian asing yang siap tempur telah digelar di negara itu. Alkatiri dipersalahkan oleh rakyat Timor Leste atas terjadinya kerusuhan yang timbul menyusul pemecatan yang dilakukannya terhadap 600 tentara, hampir separoh dari kekuatan tentara negara itu, yang mengeluh atas tindakan yang diskriminatif. Mayor Alfredo Renado, yang mengatakan ia adalah komandan tentara yang dipecat, bertahan di sebuah hotel di kota pegunungan Maubisse, dari mana ia menuntut pemecatan Alkatiri. Ia juga menginginkan PM itu diusut atas apa yang dituduhnya memerintahkan pembunuhan termasuk penembakan sembilan polisi tidak bersenjata bulan lalu. Para pemrotes juga turun ke jalan-jalan menyerukan pengunduran diri Alkatiri. Alkatiri mengatakan dari pada membicarakan siapa yang bertanggungjawab atas kerusuhan itu, lebih baik memusatkan perhatian tentang bagaimana menghentikannya. "Sebagai seorang politikus dan pejabat pemerintah saya hanya ingin mengakhiri kerusuhan," katanya dan menambahkan kehadiran tentara asing diperlukan sampai polisi Timor Leste dapat direorganisasi.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006