Jakarta (ANTARA News) - Pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Rusia, masih menunggu keputusan politik pemerintah. "Kita sudah mendapat lampu hijau dari Departemen Keuangan, tinggal memasuki tahap realisasi," kata Sekjen Departemen Pertahanan (Dephan) Sjafrie Sjamsoeddin menjawab ANTARA News di Jakarta, Senin. Ditemui usai menghadiri rapat rutin Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono dengan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto beserta kepala staf angkatan, ia mengatakan, tahap realisasi tersebut masih harus menunggu keputusan politik pemerintah melalui sidang kabinet. Sjafrie menjelaskan, Pemerintah Rusia telah menawarkan kredit sebesar satu miliar dolar AS kepada Indonesia, bagi pengadaan alutsista TNI. Kredit sebesar itu akan dicairkan dalam dua tahap selama kurun waktu lima tahun. Masing-masing tahap, Indonesia akan mendapat dana senilai 500 juta dolar. Dari jumlah itu, masing-masing angkatan telah menyusun skala prioritas tentang apa saja yang akan dibeli melalui bantuan kredit negara dari negeri beruang itu. "Yang jelas, untuk tahap pertama, kita akan prioritaskan dana itu bagi pengadaan enam pesawat Sukhoi untuk melengkapi empat yang telah ada, menjadi satu skuadron," ujarnya. Pengadaan enam pesawat Sukhoi itu, tambah Sjafrie, akan dilakukan secara bertahap pula yakni dua unit setiap tahapnya. "Ini prioritas kami, terkait dengan pemanfaatan kredit dari Rusia. Selain itu, fasilitas kredit negara Rusia juga akan dialokasi bagi pengadaan helikopter bagi TNI Angkatan Darat, kapal fregat dan kapal selam untuk TNI Angkatan Laut," tuturnya. Semua pengadaan itu, harus mempertimbangkan kemampuan anggaran negara, sehingga masih perlu dibahas lebih lanjut dalam sidang kabinet. "Kami berharap, sidang kabinet dapat diadakan dalam pekan ini," ujarnya. Sementara itu Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan, pihaknya telah melakukan verifikasi terhadap pengadaan kebutuhan masing-masing angkatan, disesuaikan dengan alokasi anggaran yang disediakan. "Kredit ekspor untuk TNI AL tercatat 1,9 miliar dolar, sedangkan untuk TNI AU 1,18 miliar dolar, TNI AD 800 juta dolar," ujarnya. Djoko menambahkan, seluruh pengadaan alutsista dari Rusia akan dibicarakan lebih lanjut hingga dapat direalisasikan segera.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006