Dili (ANTARA News) - Tentara Australia menembakkan gas airmata ke arah gerombolan orang yang mengamuk di ibukota Timor Leste, Senin, dan berusaha mengekang kekacauan baru di salah satu negara paling miskin di dunia itu. Banyak pemuda saling menyerang dengan menggunakan batu dan kayu, dan menggunakan bom bensin untuk membakar rumah, dalam bentrokan di dekat Jembatan Comoro, Dili, daerah yang dikelilingi oleh daerah kumuh dan telah menjadi tempat bentrokan selama beberapa pekan kerusuhan di ibukota Timor Leste tersebut. Tentara Australia masuk dengan menggunakan kendaraan lapis baja pengangkut personil dan menembakkan gas airmata sementara beberapa helikopter Black Hawk terbang di udara, sehingga orang-orang yang bertempur bubar sebelum mereka berkumpul lagi. AFP melaporkan seorang pria dipukuli di wajahnya dengan batu, ketika ia sedang mengendarai sepeda dalam perjalanan ke rumahnya tapi dicegat oleh gerombolan orang. Dagunya membengkak dan pakaiannya ternoda darah. "Mereka bertanya kepada saya `kamu datang dari mana?`" kata Paulino Bianco, saat ia dirawat oleh tenaga medis Australia. "Ketika saya memberitahu mereka, mereka menyerang saya." Sebanyak 100.000 orang telah meninggalkan rumah mereka ke tenda penampungan pengungsi guna menghindari kekerasan, yang telah meningkatkan ketegangan antara warga Timor Leste dari bagian timur dan barat negeri itu serta mencuatkan kehawatiran mengenai perang saudara. Kerusuhan meletus dua bulan lalu, setelah Perdana Menteri Mari AlKatiri memecat 600 orang dari 1.400 prajurit negeri tersebut, setelah mereka mogok guna memprotes apa yang mereka katakan sebagai diskriminasi terhadap orang dari bagian barat negeri tersebut. Orang Barat biasanya dipandang lebih pro-Indonesia, masalah sensitif di negara yang lama terlibat perang gerilya dan dipimpin oleh Presiden saat ini Xanana Gusmao untuk memperoleh kemerdekaan. AlKatiri telah disalahkan atas sebagian besar kerusuhan itu, tapi telah menentang seruan agar mundur, dan Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer, Ahad, memperingatkan rakyat Timor Leste agar tak berusaha menggulingkan AlKatiri. "Seandainya ia dipaksa mundur, terutama oleh kekuatan luar, perkiraan saya ialah itu hanya akan menambah parah ketidak-stabilan di negeri tersebut," kata Downer, yang mengadakan pembicaraan krisis dengan pemimpin Timor Leste di Dili, Sabtu. Ketika ditanya mengenai laporan bahwa Gusmao telah menangis selama pembicaraan mereka, Downer menjawab, "(Pembicaraan) itu sangat emosional ... Di sini ia menyaksikan ... apa yang ia anggap sebagai kegagalan dari Timor Timur yang merdeka."(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006