Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Selasa sore, memperpanjang penurunan yang terlihat di sesi sebelumnya, karena data ekonomi yang lemah dari China dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS membebani pasar.

Minyak mentah berjangka Brent turun 0,3 persen atau 24 sen, menjadi diperdagangkan di 79,07 dolar AS per barel pada pukul 06.15 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,3 persen atau 25 sen, menjadi diperdagangkan di 75,41 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan minyak turun lebih dari satu dolar AS di sesi sebelumnya.

"Tekanan penurunan pada minyak adalah bahwa pemulihan ekonomi China tidak benar-benar menjanjikan, mengaburkan prospek permintaan konsumsi bahan bakar," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Aktivitas manufaktur China secara tak terduga turun pada April, data resmi menunjukkan pada Minggu (30/4/2023), kontraksi pertama sejak Desember dalam indeks manajer pembelian manufaktur.

Pemulihan industri dan ekonomi China dari pandemi virus corona diperkirakan akan meningkatkan permintaan tahun ini.

Meskipun data manufaktur China lemah, ada tanda-tanda positif pemulihan berdasarkan pengeluaran selama lima hari liburan Hari Buruh di importir minyak terbesar dunia, kata analis dalam catatan riset ANZ.

"Lembaga penyiaran negara CCTV mengatakan bahwa perusahaan ritel dan katering besar telah melihat penjualan melonjak 21 persen dari tahun ke tahun, berdasarkan data Kementerian Perdagangan. Rekor 19,7 juta perjalanan kereta api dilakukan di seluruh negeri. Lalu lintas juga diharapkan menjadi 20 persen lebih tinggi dari tahun 2019, menurut media lokal."

Selama akhir pekan, CCTV melaporkan bahwa perjalanan penumpang pada hari pertama liburan melonjak 151,8 persen dari hari yang sama tahun lalu, sementara jumlah perjalanan udara, jalan raya, jalur air, dan kereta api naik menjadi 56,99 juta pada hari itu.

Sementara itu, jajak pendapat Senin (1/5/2023) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS diperkirakan turun selama tiga minggu berturut-turut, memberikan beberapa dukungan ke pasar.

Jajak pendapat dilakukan sebelum laporan dari American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, dijadwalkan pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat (20.30 GMT), dan Badan Informasi Energi, bagian statistik dari Departemen Energi AS, dijadwalkan pada Rabu (3/5/2023) pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).

Namun, Federal Reserve AS, yang bertemu pada Selasa dan Rabu (3/5/2023), diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi. Kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral yang melawan inflasi dapat berdampak pada minyak dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi.

Ketakutan perbankan juga membebani minyak dalam beberapa pekan terakhir dan lembaga besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan terakhir, regulator AS menyita First Republic Bank selama akhir pekan menjelang kesepakatan di mana JPMorgan membeli sebagian besar asetnya.

Baca juga: Wall Street ditutup merosot jelang pertemuan Fed
Baca juga: Emas tergelincir 6,90 dolar tertekan "greenback" yang lebih kuat
Baca juga: Dolar menguat ditopang indeks manufaktur lebih baik dari perkiraan

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023