Jakarta (ANTARA) - Analis keuangan (Financial Expert) dari Ajaib Sekuritas Chisty Maryani memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Mei 2023 berpotensi menguat terbatas dalam rentang 6.735 sampai 6.995 ditopang oleh sejumlah faktor, seperti perekonomian nasional yang masih solid.

"Pelaku pasar dalam negeri akan mencermati pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal-I 2023 yang akan rilis, dengan ekspektasi ekonomi Indonesia masih akan tercatat tumbuh positif pada kuartal I 2023 ini," kata Chisty dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.

Faktor pendorong lainnya juga berasal dari membaiknya kinerja emiten di tengah kembali padatnya mobilitas sosial masyarakat.

"Dari hal tersebut inilah yang menyebabkan tingginya optimisme pelaku pasar domestik tumbuh karena potensi rilis kinerja emiten pada kuartal I 2023 yang positif," katanya.

Meskipun ketidakpastian global masih cukup tinggi, karena pergerakan IHSG juga akan dipengaruhi oleh sejumlah katalis eksternal antara lain kebijakan suku bunga acuan bank sentral AS The Fed pada Mei 2023.

"Dampak dari kebijakan moneter AS yang cukup ketat sebelumnya menyebabkan sejumlah bank regional mengalami krisis likuiditas sehingga pelaku pasar global sangat menantikan bagaimana hasil FOMC The Fed pada bulan Mei 2023 mendatang," katanya.

Menurutnya, pelaku pasar telah mengekspektasikan The Fed untuk tetap menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin sehingga dampak kenaikan suku bunga The Fed tidak terlalu menekan pergerakan pasar saham global.

"Namun, jika The Fed menahan kenaikan suku bunga acuan nya atau cenderung lebih dovish, tentu dapat menjadi katalis yang cukup positif," katanya.

Sektor yang prospektif antara lain consumer goods, sektor ritel, dan komoditas pertambangan logam dan mineral. Tahun 2023 ini merupakan tahun menjelang pemilu pada tahun 2024 mendatang oleh karena itu sektor consumer goods dan sektor ritel dapat menjadi pertimbangan.

Adapun katalis yang mempengaruhi sektor tersebut antara lain peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) hingga maksimal 10 persen sejak awal tahun sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang secara otomatis meningkatkan permintaan terhadap produk konsumen dan ritel.

Sementara itu, sektor komoditas pertambangan logam & mineral dipengaruhi oleh sentimen terkait ekonomi China yang dibuka kembali yang akan meningkatkan permintaan terhadap komoditas logam & mineral untuk memenuhi kebutuhan manufaktur.

"Hilirisasi nikel di Indonesia juga berpotensi menciptakan nilai tambah terhadap nilai jual produk. Serta industri baterai listrik saat ini juga turut mendorong permintaan akan komoditas ini tumbuh signifikan sehingga sangat berdampak positif untuk saham-saham nikel di masa depan," katanya.


Baca juga: BEI sebut pergerakan IHSG cukup atraktif usai libur Lebaran
Baca juga: IHSG dibuka melemah jelang rilis inflasi dalam negeri
Baca juga: Saham Asia datar, dolar Aussie melonjak setelah kejutan keputusan RBA


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2023