Phnom Penh (ANTARA News) - Kepolisian Kamboja pada Sabtu menahan lebih dari 70 warganegara China yang terlibat atas kasus penipuan telepon di negara Tirai Bambu itu, setelah menerima keluhan dari kepolisian China.

Penangkapan tersebut dilakukan secara bersamaan di delapan lokasi di Phnom Penh dan wilayah pinggiran kota setelah Kepolisian China menyerahkan daftar tersangka kepada pemerintah Kamboja, kata Kepala Departemen Keamanan Internal Kementerian Pertahanan, Letnan Jenderal Chhay Sinarith.

Pasukan yang terlibat dalam operasi tersebut terdiri atas pasukan keamanan internal, pemerintah setempat, dan jaksa penuntut dari Pengadilan Tinggi Phnom Penh.

"Hasilnya adalah 70 warga China diamankan oleh petugas, mereka diduga melakukan telepon internet VoIP dari Kamboja untuk mengancam dan memeras warga di China," kata Sinarith kepada Xinhua.

Dia mengatakan para tersangka tersebut kemungkinan besar akan dideportasi guna menghadapi tuntutan hukum di negara asalnya.

Kerja sama penangkapan itu merupakan yang kelima kalinya dilakukan oleh Kepolisian Kamboja dengan China. Kedua negara tersebut telah sepakat untuk membasmi lingkaran kriminal internasional yang berbasis di Phnom Penh, terutama bagi pelaku berkewarganegaraan China.

Berdasarkan laporan dari pihak kepolisian, pada Juni 2011 lalu, Kepolisian Kamboja menangkap 166 warga negara China dengan menggunakan metode yang sama. Sementara pada Mei 2012 lalu, sebanyak 49 tersangka lagi ditangkap, yang disusul penangkapan pada Agustus dan November yang masing-masing berhasil menjaring 15 dan 17 tersangka.

Seluruh pelaku kejahatan tersebut telah dipulangkan ke China.

Penipuan melalui telepon telah menjadi masalah keamanan sosial besar di China daratan. Para tersangka seringkali menggunakan server di luar China untuk melakukan panggilan telepon, yang menyulitkan pihak kepolisian untuk melacak mereka.

Kepolisian China mengatakan para penipu itu sering kali mengganti metode kejahatannya guna menghindari pelacakan kepolisian. Lokasi yang dijadikan penipuan pun tersebar di berbagai negara di Asia Selatan dan Oseania, tidak hanya tujuan tradisional seperti China, Taiwan, Thailand, Malaysia dan Kamboja.
(P012/C003)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013