Lebak (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menerapkan teknologi Sitem Intensifikasi Padi (SRI -System of Rice Intensification) untuk mendongkrak produksi pangan.

"Saya kira penerapan teknologi ini sangat menguntungkan petani karena produksi meningkat," kata Kepala Bidang Sarana Dinas Pertanian, Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar di Rangkasbitung, Selasa.

Ia mengatakan, saat ini produksi pangan dengan cara metode penerapan teknologi SRI bisa mencapai 9,2 sampai 10 ton gabah kering pungut (GKP) per hektare, sedangkan sawah konvensional hanya 5,6 ton GKP per hektare.

Pemerintah daerah menargetkan seluruh petani di 28 kecamatan dapat menerapkan teknologi SRI.

Sebab penerapan teknologi terebut dapat meningkatkan hasil produksi dua kali lipat dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani.

"Kami yakin dengan pola SRI sangat mendukung program swasembada beras nasional," katanya.

Ia menyebutkan, penerapan teknologi di Kabupaten Lebak sudah dikembangkan petani Kecamatan Sobang, Panggarangan, Cipanas, Muncang, Leuwidamar, Warunggunung dan Cibeber.

Teknologi SRI tidak dibatasi benih varietas apa pun. Mereka bisa menggunakan benih padi varietas Ciherang atau IR 64.

Akan tetapi, mereka petani harus mengembangkan penerapan metode SRI.

Selain itu, teknologi SRI memiliki keunggulan yakni dapat menghemat air hingga 40--50% karena padi tidak perlu digenangi air secara terus menerus.

Selanjutnya, sistem ini hanya membutuhkan benih padi antara 5--7 kg per hektare, sedangkan sistem non SRI membutuhkan 60-70 kg per hektare.

Keunggulan lainnya, kata Rahmat, penerapan SRI lebih hemat dan bibit dapat ditanam selama 5--12 hari setelah disemai, sementara sistem konvensional menunggu 25--30 hari setelah semai.

"Penerapan SRI sangat menguntungkan karena musim panen lebih awal 10--15 hari dibanding konvensional terhitung masa persemaian," katanya.
(KR-MSR/E001)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013