Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, wacana serikat pekerja atau buruh yang akan menarik dana kepesertaan di PT Jamsostek (Persero) dinilai tidak terlalu signifikan dampaknya bagi pasar modal Indonesia.

"Pengaruhnya mungkin ada bagi pasar modal, tetapi diperkirakan tidak signifikan, karena investasi Jamsostek di instrumen keuangan bukan hanya di saham saja," ujar Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa, Samsul Hidayat di Jakarta, Selasa.

Di sisi lain, lanjut dia, pasar modal Indonesia saat ini masih cukup stabil cenderung tumbuh di tengah sentimen eksternal yang negatif.

Dari sisi nilai kapitalisasi pasar saham, BEI mencatatkan kinerja positif, terlihat dari nilai kapitalisasi pasar saham yang mengalami peningkatan dari Rp3.537 triliun pada akhir Desember 2011 menjadi Rp4.127 triliun per 28 Desember 2012 lalu.

Samsul mengatakan, PT Jamsostek yang memiliki kinerja positif diyakini juga dapat menangani hal yang negatif sehingga ke depannya mempertahankan kinerja yang baik.

Direktur Bursa Efek Indonesia, Hoesen menambahkan, dana kelolaan Jamsostek cukup besar di atas Rp100 triliun dan sekitar 20 persennya ditempatkan pada instrumen investasi keuangan.

Ia menyayangkan jika ada penarikan dana dari Jamsostek, karena dana investasinya cukup besar di instrumen keuangan. Namun, dirinya belum dapat memaparkan lebih detil seberapa besar pengaruhnya.

Sementara, Analis e-Trading Securities Andrew Argado mengatakan, perlu dicermati berapa dana tunai Jamsostek yang tersedia jika buruh menarik dana pesertanya dari Jamsostek.

"Jika dana `cash`-nya cukup, diperkirakan instrumen investasi Jamsostek tidak akan ada masalah. Namun, jika dana `cash` tidak mencukupi maka dana yang dihimpun akan berdampak, alokasi investasinya tentu akan berkurang," kata dia.

Sebelumnya, Direktur Utama Jamsostek Elvyn G Masassya mengatakan, Jamsostek membukukan dana kelolaan sebesar Rp131 triliun pada 2012, melampaui target perseroan sebesar Rp125 triliun.

"Dana kelolaan kami hingga akhir tahun mencapai Rp131 triliun, targetnya sekitar Rp125 triliun, jadi sudah terlampaui," kata dia.
(KR-ZMF/B012)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013