Singapura (ANTARA) - Yen mengincar kenaikan mingguan pertamanya dalam hampir sebulan pada Jumat, didorong oleh permintaan safe haven karena gejolak sektor perbankan di Amerika Serikat meningkat, sementara dolar turun karena para pedagang memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Federal Reserve.

Euro menjauh dari puncak satu tahun baru-baru ini dan terakhir berdiri di 1,1034 dolar pada awal perdagangan Asia, setelah Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (4/5/2023) memperlambat laju kenaikan suku bunga dengan kenaikan 25 basis poin.

Sementara Presiden ECB Christine Lagarde mengisyaratkan lebih banyak pengetatan yang akan datang, pasar mengurangi ekspektasi mereka tentang seberapa jauh suku bunga akan terus meningkat.

"Lagarde hawkish dalam konferensi persnya, tapi saya pikir pasar keuangan tidak benar-benar mempercayai pandangannya tentang kenaikan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

Di pasar mata uang yang lebih luas, yen bertahan 0,2 persen lebih tinggi pada 134,02 per dolar, dan menuju kenaikan mingguan lebih dari 1,5 persen, menghentikan penurunan tiga minggu berturut-turut.

"Yen Jepang perlahan mendapatkan kembali daya tarik status safe haven, dan pasti didukung oleh kekhawatiran tentang bank regional AS dan permintaan safe-haven," kata Kong.

Krisis yang semakin dalam di seluruh bank regional AS telah membuat investor gelisah, dengan tekanan meningkat pada regulator AS untuk mengambil lebih banyak langkah guna menopang sektor ini.

Saham PacWest Bancorp jatuh pada Kamis (4/5/2023), menyeret pemberi pinjaman regional lainnya turun setelah rencana bank yang berbasis di Los Angeles itu untuk mengeksplorasi opsi strategis meningkatkan ketakutan investor.

Toronto-Dominion Bank Group Kanada pada Kamis (4/5/2023), juga membatalkan pengambilalihan First Horizon Corp senilai 13,4 miliar dolar AS, sebagai tanda tekanan lain dalam sektor ini.

Para pedagang sejak itu memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih agresif dari Fed, dengan dana berjangka Fed menyiratkan kemungkinan kecil bahwa pemotongan dapat dilakukan segera setelah Juni dan hingga akhir tahun.

Itu membuat greenback melemah secara luas pada Jumat, dengan indeks dolar tergelincir 0,11 persen menjadi 101,23.

Sterling naik 0,16 persen menjadi 1,2595 dolar.

"Untuk keputusan Fed Juni, data inflasi dan indikator ketenagakerjaan... bersama dengan standar pinjaman bank akan menjadi kunci untuk diperhatikan. Negosiasi pagu utang adalah risiko penting lainnya," kata Sonia Meskin, kepala makro AS di BNY Mellon.

"Kami yakin Fed tidak mungkin mempertimbangkan pemotongan suku bunga sebelum 2024."

Laporan data penggajian non-pertanian (NFP) April akan dirilis pada Jumat, titik data utama berikutnya yang akan menawarkan petunjuk lebih lanjut tentang perjuangan Fed melawan inflasi.

Data yang dirilis awal pekan ini menunjukkan bahwa sektor jasa-jasa AS mempertahankan laju pertumbuhan yang stabil pada April, menunjukkan bahwa inflasi tetap kuat, sementara perusahaan swasta AS meningkatkan perekrutan bulan lalu.

Dolar Australia naik 0,26 persen menjadi 0,6711 dolar AS, sementara kiwi menyentuh level tertinggi tiga minggu di 0,6311 AS.

Bank sentral Australia, dalam pernyataan triwulanan tentang kebijakan moneter pada Jumat, memperingatkan risiko inflasi mengingat pertumbuhan produktivitas yang rendah, kenaikan harga energi dan lonjakan sewa karena pertumbuhan populasi melampaui semua ekspektasi.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
COPYRIGHT © ANTARA 2023