Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah di pasar Asia, Selasa, setelah muncul harapan bahwa ketegangan Iran dengan negara Barat atas program nuklir Iran bisa diselesaikan setelah Pimpinan Kebijakan Uni Eropa (UE), Javier Solana, tiba di Teheran, ibukota Iran, demikian analisa para pelaku pasar di Singapura. Perdagangan pada pukul 11.00 waktu Singapura, kontrak minyak New York (Amerika Seikat/AS), light sweet, untuk pengiriman Juli 2006 turun 13 sen dolar AS menjadi 72,47 dolar AS per barel dari hari sebelumnya senilai 72,60 dolar, demikian laporan Kantor Berita Prancis (AFP). Sementara itu, minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Juli 2006 bertahan di kisaran 71,37 dolar AS per barel. Javier Solana, yang mantan Ketua Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tiba di Teheran pada Senin malam, untuk membawa usulan nuklir internasional kepada pemimpin Iran dengan harapan adanya "hubungan baru" di antara pihak negara Barat dengan Republik Islam tersebut. "Kami ingin memulai hubungan baru atas dasar saling menghormati dan kepercayaan," kata Solana dalam komentarnya kepada pers di Teheran, setelah kunjungannya ke Israel dan Tepi Barat Sungai Jordan. Paket pembicaraan tersebut, yang disepakati pekan lalu oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) plus Jerman, menawarkan insentif bagi Iran dan pembicaraan multilateral baru --yang mengikutsertakan AS-- dengan prasyarat bahwa Iran segera menghentikan pekerjaan pengayaan uranium. "Di sana akan ada negosiasi mengenai paket insentif, tetapi pasar tidak mengharapkan Iran menghentikan program pengayaan," kata Tony Nunan, manajer risiko energi untuk korporasi Mitsubishi yang berbasis di Tokyo, Jepang. "Tetapi, anda tidak pernah tahu, kemungkinan tetap ada untuk kompromi. AS akan memberikan kesempatan diplomasi khususnya setelah apa yang terjadi di Irak," tambahnya. Kunjungan Solana, yang mantan Menteri Pertahanan Spanyol, tersebut terus menjadi perhatian utama para pelaku pasar yang khawatir suplai minyak Iran --sebagai produsen minyak mentah terbesar keempat dunia-- dapat terhenti, jika ketegangan meningkat atau bahkan memburuk dengan negara Barat, terutama AS. Sebelumnya, harga minyak naik di perdagangan Asia, Senin, setelah Iran memperingatkan akan mengurangi pasokan energi global, jika dipaksa menghentikan program energi nuklir yang dinilai kontroversial oleh negara Barat. Kontrak utama di New York menunjukkan minyak mentah light sweet pengiriman Juli 2006 pada awal pekan ini diperdagangkan pada tingkat 73,47 dolar AS per barel di banding penutupan akhir pekan lalu senilai 72,33 dolar AS. Minyak mentah brent Laut Utara untuk pengiriman Juli 2006 juga naik 1,17 dolar AS menjadi 72,20 dolar AS per barel. "Pasar terjadi penggelembungan hari ini, akibat retorik dari pernyataan pemimpin Iran, Ayatollah Khamenei, seputar pengurangan pasokan minyak melalui Selat Hormuz," kata Victor Shum, analis dari Konsultan Energi Purvin and Gertz yang berbasis di Singapura. Pemimpin keagamaan Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada hari Minggu menolak permintaan internasional, agar negaranya menangguhkan program nuklir yang sensitif, dengan mengatakan bahwa Republik Islam Iran tidak akan tunduk menghadapi "ancaman dan tekanan" Barat. Ia juga memperingatkan AS bahwa setiap "kesalahan" dalam hubungannya dengan Iran, maka Iran akan menghadapi konsekuensi dengan pasokan energi global. "Jika anda membuat suatu kesalahan seputar Iran, maka pasokan energi pasti akan menjadi risiko serius," kata Khamenei. Iran bertentangan dengan Barat seputar kegiatan pengayaan nuklirnya, sehingga pihak AS dan sekutunya menuduh negeri para ayatolah tersebut bakal mengembangkan persenjataan nuklirnya. Pihak Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya khusus untuk keperluan sipil dan bertujuan damai. Bahkan, Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad sempat mengemukakan, bila negara Barat mengembangkan nuklir sebagai sesuatu yang positif, maka mengapa hal yang sama tidak diperkenankan untuk Iran. Sementara itu, kalangan agen resmi memperkirakan bahwa Iran akan menolak paket insentif yang diusulkan oleh lima negara anggota permanen Dewan Keamanan PBB plus Jerman, karena bersyarat pihak Teheran harus menangguhkan pengayaan uranium yang dicita-citakannya. "Tidak mungkin nampaknya Iran akan menyetujui paket tersebut, karena bersyarat penangguhan pengayaan uranium," kata Shum, salah seorang agen. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006