Jakarta (ANTARA News) - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Selasa, memutuskan bahwa BI rate tetap dipertahankan pada level 12,50 %. "Ke depan, jika hasil asesmen menyeluruh terhadap prospek ekonomi menunjukan bahwa risiko tersebut telah berkurang, maka penurunan suku bunga BI rate lebih lanjut dapat dilakukan," kata Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Budi Mulya. Pada 9 Mei 2006, BI menurunkan BI rate senilai 25 basis poin dari 12,75 % menjadi 12,50 %. Sejak 6 Desember 2005 hingga 5 April 2006 besarnya BI rate adalah 12,75 %. Pada 1 November 2005 mencapai 12,25 %; 4 Oktober 2005 senilai 11,00 %; kemudian 6 September 2005 senilai 10,00 %; lantas 9 Agustus 2005 menjadi 8,75 %, dan 5 Juli 2005 sebesar 8,50 %. Hasil Rapat Dewan Gubernur BI juga menyebutkan, pada Mei 2006 tekanan terhadap kestabilan makroekonomi meningkat, terutama dipicu oleh penyesuaian portofolio milik asing sebagai respon terhadap kemungkinan berlanjutnya kebijakan moneter ketat global, khususnya oleh bank sentral AS (The Fed). Di Indonesia, perilaku asing tersebut tercermin pada terjadinya aliran modal keluar dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memberikan tekanan yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah yang pada periode sebelumnya berada dalam kecenderungan menguat, namun pada Mei 2006 mengalami depresiasi senilai 5,09 % (month to month/mtm). Hasil asesmen menunjukkan bahwa perkembangan tersebut belum memberikan tekanan yang besar terhadap inflasi. Peningkatan inflasi bulanan pada Mei 2006, terutama didorong oleh faktor musiman tercermin pada kenaikan inflasi kelompok volatile foods (makanan yang berfluktuasi) seiring berlalunya panen raya. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat senilai 0,37 % (mtm) atau 15,60 % (year on year/yoy). (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006