Jakarta (ANTARA News) - Kurs mata uang rupiah pada Kamis sore kembali melanjutkan pelemahan ke posisi Rp9.810 per dolar AS menyusul minimnya sentimen positif dari domestik dan eksternal.

Nilai tukar mata uang rupiah yang di transaksi antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp9.810 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.790 per dolar AS.

"Sentimen positif di pasar keuangan dari dalam dan luar negeri masih minim sehingga mendorong mata uang `safe haven` seperti dolar AS menjadi buruan pelaku pasar uang," ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan, neraca perdagangan Indonesia periode November 2012 yang masih mencatatkan defisit menjadi salah satu faktor sentimen negatif di dalam negeri.

"Sementara, cadangan devisa Indonesia yang meningkat hanya menjadi sentimen positif untuk jangka pendek," kata dia.

Ia menambahkan, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) belum ditanggapi positif oleh pelaku pasar di dalam negeri. Meski demikian, BI masih terus mengintervensi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.

Dari eksternal, dikatakan Rully, meski penanganan "fiscal cliff" AS dinilai berhasil, namun belanja pemerintah AS masih di "review", kondisi itu menjadi perhatian pelaku pasar global.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianigsih menambahkan, tekanan rupiah terutama terkait dengan defisit neraca perdagangan yang berlanjut untuk data bulan November 2012 sebesar 478 juta dolar AS.

Disaat yang sama, lanjut dia, permintaan dolar AS tampaknya masih menguat seiring dengan impor minyak untuk BBM subsidi ditengah naiknya harga minyak mentah dunia, ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah yang biasanya jatuh tempo pada akhir triwulan.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Kamis (10/1) tercatat mata uang rupiah bergerak menguat nilainya menjadi Rp9.715 dibanding posisi sebelumnya sebesar Rp9.740 per dolar AS.
(KR-ZMF)

Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013