Surabaya (ANTARA News) - Puluhan ulama sepuh/senior se-Jawa akan membahas "nasib" Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur pasca putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan (5/6) yang mengabulkan gugatan PKB versi Muktamar Semarang pimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)-Muhaimin Iskandar. "Ada sekitar 50 ulama dari Jatim, Jateng, Yogyakarta, Jabar, dan Jakarta, yang akan bertemu di Langitan (7/6) untuk melakukan evaluasi terhadap efektifitas PKB sebagai alat perjuangan," kata Ketua Umum DPP PKB Drs H Choirul Anam (Cak Anam) di sela-sela pertemuan dengan DPC PKB se-Jatim di Surabaya, Selasa. Menurut Cak Anam yang juga ketua DPW PKB Jatim itu, pertemuan tersebut juga akan membahas evaluasi PKB pimpinannya terhadap dukungan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang memang didukung ulama PKB dalam pemilihan presiden (Pilpres) pada Juli-Oktober 2004, namun saat ini terkesan berbalik arah. "Para kiai melihat PKB itu sendiri sebagai alat perjuangan, bukan tujuan dari perjuangan. Artinya, sebagai alat, kalau memang alat itu efektif ya akan tetap dipakai, tapi kalau tak efektif ya buat apa dipertahankan. Masak, kita akan hidup-mati untuk sebuah alat, hidup `kan untuk memperjuangkan tujuan, bukan alat," katanya. Namun, ujarnya, efektifitas PKB sebagai alat itu masih harus menunggu putusan MA. "Yang jelas, saya sudah minta DPC PKB se-Jatim untuk tidak panik, karena PKB itu hanya alat dari perjuangan untuk dakwah Islam. Kita juga perlu menunggu putusan para kiai di Langitan nanti," ucapnya. Senada dengan itu, Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jatim, KH Anwar Iskandar (Gus War), di hadapan DPC PKB se-Jatim menegaskan, bahwa keinginan para ulama adalah mempunyai partai yang mampu menjadi alat perjuangan untuk menegakkan syariat Islam Ahlussunnah wal Jamaah, bukan negara Islam. "Kalau ijtihad partai politik dengan PKB itu sudah tidak bisa digunakan sebagai alat mencapai tujuan untuk menegakkan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, apa boleh buat, toh partai itu `kan hanya sebuah alat, kita tidak kecewa, kita tidak berkecil hati," katanya. Apalagi, ulama dulu sempat punya Partai NU, kemudian punya PPP yang sepertinya sudah merupakan satu-satunya alat perjuangan, dan kemudian punya PKB. "Seperti halnya PPP, tampaknya PKB itu kayak sudah menjadi satu-satunya. Kalau takdir menghendaki bahwa PKB tak bisa menjadi alat perjuangan, ya jangan tegang seperti mau kiamat," jelasnya. Ke depan, menurut Gus War, hal itu (partai sebagai alat, bukan tujuan perjuangan) harus dipikirkan. "NU sebagai pendiri negara, masak punya partai kok seperti itu. Kita mestinya `kan punya partai yang kuat, apa pun namanya, nggak penting," katanya, disambut applaus pimpinan DPC PKB se-Jatim yang hadir. Sementara itu, DPW PKB Jatim versi Muktamar Semarang pimpinan KH Azis Manshur-Imam Nahrawi, akan mengadakan rapat pimpinan (rapim) DPC PKB se-Jatim di Kota Batu pada 10-16 Juni mendatang yang antara lain akan membahas "nasib" anggota DPRD se-Jatim terkait sikap atas "kemenangan" PKB Gus Dur di PN Jaksel. "Saya juga sudah melapor kepada sejumlah kiai tentang hasil putusan PN Jaksel itu, bahkan saya melapor sejak pukul 14.00 WIB hingga subuh," kata Ketua DPW PKB Jatim versi Muktamar Semarang, H Imam Nahrawi SAg, di sela-sela syukuran atas putusan PN Jaksel yang memenangkan DPP PKB pimpinan Gus Dur-Muhaimin Iskandar.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006