Manila (ANTARA News) - Presiden Filipina, Benigno Aquino, akan tetap membawa senjata di depan publik meskipun aturan yang melarang tindakan itu segera diberlakukan menjelang pemilu.

Kepemilikan senjata, menurut petinggi KPU Filipina, Sabtu, adalah persoalan  sensitif di Filipina. Desakan untuk kontrol lebih ketat semakin besar setelah terjadinya rangkaian penembakan yang dimulai pada perayaan tahun baru dan menewaskan 23 orang.

KPU Filipina memutuskan melarang warga sipil membawa senjata di muka umum selama enam bulan ke depan, di mulai dari Minggu.

Keputusan tersebut dibuat untuk meminimalkan kekerasan menjelang pemilu daerah dan Pemilu Kongres pada Mei nanti

Namun, KPU Filipina mengecualikan Aquino karena dia secara konstitusional adalah kepala militer negara.

"Kami mengecualikan Pasukan Bersenjata Filipina dari aturan ini dan karena presiden adalah komandan militer, maka pengecualian itu juga berlaku untuk presiden," kata pejabat KPU Filipina, Emil Maranon.

Sementara itu Juru Bicara Istana Malacanang, Abigail Valt,e memuji aturan itu dengan mengatakan, "Kami menyambut baik pernyataan bahwa sebagai komandan militer, Presiden Aquino dikecualikan."

Di Filipina, adalah hal yang tidak biasa seorang pejabat mencari pengecualian dari larangan kepemilikan senjata, yang secara rutin diterapkan menjelang pemilu.

Aquino sendiri, di depan kelompok anti-kriminal pada Sabtu, mengatakan, pemerintah sedang mempelajari apakah persoalan terletak pada kurangnya peraturan pembatasan senjata atau hanya buruknya implementasi.

"Apakah masalahnya terletak pada pemberian izin untuk memiliki senjata atau tidak adanya peraturan? Apakah larangan total untuk membeli senjata dapat menghapus penculikan, pembunuhan dan perampokan?" kata Aquino.

"Apakah solusinya adalah menulis undang-undang baru ataukah perbaikan implementasi undang-undang yang sudah ada?" kata dia.

Pada Rabu, Aquino menolak desakan untuk larangan penuh bagi penduduk sipil membawa senjata setelah terjadinya rangkaian penembakan mematikan. Dia mengatakan desakan tersebut hanya merupakan "reaksi tolol".

Dua anak meninggal karena luka tembak pada perayaan tahun baru. Beberapa hari setelahnya, seorang yang sedang di bawah pengaruh obat terlarang menembak mati tujuh orang di Manila.

Pasukan keamanan juga membunuh pada 13 orang pada Minggu lalu dalam sebuah kasus yang telah membuat malu pemerintah dan menunjukkan adanya persoalan korupsi besar dalam tubuh kepolisian dan militer.

(G005/H-AK)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013