Paris (ANTARA News) - Seorang pilot Prancis tewas dalam satu serangan helikopter untuk mencegah kelompok Islam mengendalikan Mali utara untuk maju menuju ibu kota, kata Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian Sabtu.

"Selama pertempuran sengit ini, salah seorang pilot kami ... meninggal karena terluka parah," kata menteri kepada wartawan.

Serangan itu dilakukan pada sekitar pukul 15.00 GMT pada Jumat dan diluncurkan untuk mendukung pasukan darat Mali dalam pertempuran untuk memperebutkan kota penting Kona.

Prajurit-prajurit dari Nigeria, Senegal dan Prancis ditempatkan di Mali, Jumat, untuk membantu pasukan pemerintah dalam ofensif mereka terhadap kelompok garis keras di wilayah tengah negara itu, kata seorang perwira Angkatan Darat Mali.

"Ketika kami berbicara kepada anda, pasukan dari Nigeria, Senegal dan Prancis membantu Angkatan Darat Mali di Sevare," di Mali tengah, kata Kolonel Oumar Dao pada jumpa pers di Bamako, ibu kota Mali.

"Pasukan ini datang dengan peralatan yang diperlukan untuk menangani situasi," kata Dao, kepala operasi militer untuk Kepala Staf Angkatan Darat Mali.

Langkah itu dilakukan ketika pasukan Mali pada Jumat melancarkan kontra-ofensif untuk menguasai kembali kota Konna di wilayah tengah yang direbut oleh militan garis keras pada Kamis.

"Negara-negara sahabat lain sudah berjanji membantu dan kami menunggu kedatangan mereka," kata perwira itu tanpa penjelasan lebih lanjut.

Sebelumnya Jumat, seorang perwira lain mengatakan kepada AFP, kontra-ofensif dilakukan dari Sevare, sebuah daerah yang terletak sekitar 70 kilometer sebelah selatan Konna dimana militer Mali memiliki sebuah pos komando operasi.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.

Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Rencana-rencana sedang dirampungkan untuk mengirim pasukan intervensi Afrika berkekuatan sekitar 3.300 prajurit untuk mengusir militan yang menguasai wilayah utara Mali, namun PBB masih berkeberatan dan memperingatkan bahwa penempatan itu mungkin bisa dilakukan setahun lagi, demikian AFP.
(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013