Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Selasa, melemah seiring pasar menantikan laporan inflasi Amerika Serikat (AS) April 2023.
 
Rupiah pada Selasa pagi melemah 46 poin atau 0,32 persen ke posisi Rp14.757 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.711 per dolar AS.
 
"Rupiah hari ini diperkirakan diperdagangkan melemah terhadap dolar AS karena wait and see (menunggu dan mengamati) data inflasi April AS yang akan rilis hari ini dan tren peningkatan yield obligasi pemerintah AS," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada ANTARA di Jakarta.

Baca juga: Kurs Rupiah turun tertekan penurunan cadangan devisa Indonesia
 
Rully menuturkan perkiraan inflasi April AS sebesar 0,4 persen, lebih tinggi dari inflasi Maret 0,1 persen. Penurunan laju inflasi yang melambat akan berdampak pada kebijakan bank sentral AS atau The Fed yang hawkish dan ketat.

Imbal hasil (yield) obligasi AS naik di atas level psikologis yaitu 4 persen untuk tenor dua tahun dan 3,5 persen untuk tenor 10 tahun.

Baca juga: BI ungkap strategi menjaga stabilitas rupiah di tengah gejolak ekonomi
 
Sementara itu dari domestik, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh data cadangan devisa Bank Indonesia (BI) yang turun.
 
Cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2023 mencapai 144,2 miliar dolar AS, sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2023 sebesar 145,2 miliar dolar AS.
 
Penurunan cadangan devisa April 2023 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan antisipasi dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional.

Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, sterling berada dekat tertinggi 1-tahun
 
Rully memproyeksikan rupiah bergerak di kisaran Rp14.690 per dolar AS sampai dengan Rp14.790 per dolar AS.
 
Pada Senin (8/5) rupiah ditutup merosot 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp14.711 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.678 per dolar AS.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2023