Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia melemah pada perdagangan Rabu, sementara dolar menguat menjelang data harga konsumen AS yang dapat merusak harapan penurunan suku bunga jika inflasi gagal menunjukkan banyak penurunan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang yang telah jatuh sehari sebelumnya dan turun tipis 0,40 persen lebih lanjut pada Rabu. Sementara itu, indeks Nikkei Jepang berakhir melemah 0,41 persen.

S&P 500 berjangka stabil dan kontrak berjangka Eropa naik 0,1 persen. Dolar AS yang kuat mendorong euro kembali di bawah 1,10 dolar menjadi 1,0968 dolar.

Data harga konsumen AS April akan dirilis pada pukul 12.30 GMT dan para ekonom memperkirakan IHK utama akan tetap stabil pada 5,0 persen secara tahunan dan IHK inti menjadi sedikit moderat menjadi 5,5 persen, meskipun apa pun yang lebih kuat dapat mengacaukan taruhan suku bunga akan turun.

"Itulah hal yang akan dihilangkan jika angka IHK berada di sisi yang lebih tinggi," kata ekonom ING Rob Carnell.

"Tampaknya tidak masuk akal jika inflasi turun pada tingkat yang terlalu lambat dan itu bisa masuk ke imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang yang lebih tinggi juga."

Suku bunga berjangka menyiratkan sekitar 60 persen peluang Federal Reserve memangkas suku bunga pada September, menurut alat CME FedWatch.

Surat utang pemerintah secara luas stabil, dengan nyerempet bahaya atas plafon utang AS yang mendekat memicu permintaan untuk aset yang aman, termasuk obligasi, di satu sisi, sementara juga mendorong investor keluar dari obligasi pemerintah jangka pendek atau T-bills yang jatuh tempo pada awal Juni.

Presiden Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy gagal memecahkan kebuntuan dalam menaikkan batas utang 31,4 triliun dolar AS, tetapi berjanji untuk bertemu lagi sebelum Juni, ketika Departemen Keuangan memproyeksikan akan mulai berjuang untuk memenuhi kewajibannya.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun bertahan di 3,517 persen di Asia dan imbal hasil dua tahun berada di 4,049 persen.

Sementara itu, angka impor China yang lemah untuk April menahan saham China dan Hong Kong untuk sesi kedua berturut-turut, karena investor khawatir rebound pembukaan kembali memudar menjadi pemulihan yang tidak merata.

Indeks Hang Seng Hong Kong berakhir turun 0,46 persen, indeks Komposit Shanghai ditutup merosot 1,15 persen, serta indeks saham-saham unggulan China CSI 300 berakhir 0,77 persen lebih rendah dan yuan jatuh ke palung dua minggu.

Pasar valuta asing telah bergerak di kisaran sempit, sementara pasar menimbang retorika pembuat kebijakan terhadap keyakinan pedagang bahwa suku bunga AS, dan dolar, akan turun.

Anggota dewan Bank Sentral Eropa Isabel Schnabel mengatakan pada Selasa (9/5/2023) ekspektasi untuk penurunan suku bunga salah tempat, tetapi itu tidak memberi euro banyak dorongan, karena para pedagang enggan menjual dolar terlalu keras menjelang data IHK.

Mata uang bersama disematkan di bawah 1,10 dolar pada Rabu. Dolar juga menguat di 135,34 yen dan sedikit terangkat dari posisi terendah baru-baru ini di Aussie, kiwi, dan sterling.

"Dolar mungkin menerima dorongan sementara setelah IHK," kata ahli strategi Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso.

"Tapi drama plafon utang, dan fokus pelaku pasar pada penurunan suku bunga tidak mungkin banyak berubah dari satu laporan IHK. Mungkin diperlukan hasil yang kuat... untuk mendorong dolar secara material."

Baca juga: Wall St turun, fokus bergeser ke pembahasan pagu utang dan inflasi
Baca juga: Harga emas terkerek 9,70 dolar AS menjelang rilis data inflasi AS
Baca juga: Dolar turun jelang data inflasi AS di tengah kekhawatiran pagu utang

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2023