Denpasar (ANTARA News) - Manajemen majalah Playboy Indonesia memutuskan memindahkan kantor dan stafnya dari Jakarta ke Bali menyusul terjadinya serangan massa yang berakibat kerusakan kantor mereka di Jakarta pada 12 April 2006. "Kami memutuskan untuk pindah kantor dan segenap staf ke Bali sekaligus menerbitkan majalah edisi kedua dari Bali," kata Pemimpin Redaksi Playboy Indonesia, Erwin Arnada, kepada pers, di Seminyak, Bali, Rabu. Menurut dia, keamanan dan ketenangan para karyawan merupakan prioritas utama bagi pihak manajemen mengapa pihaknya memutuskan harus pindah ke Bali untuk kegiatan sehari-hari selanjutnya. "Sebenarnya sejak dari awal kami sudah ingin berkantor di Bali tidak di Jakarta. Tapi, karena masalah teknis baru sekarang bisa pindah ke Bali," kata Erwin. Ia menambahkan, pihaknya juga sengaja tidak ingin menerbitkan edisi kedua Playboy Indoensia sebelum mendapatkan tempat dimana pihaknya dapat bekerja dengan aman. "Setelah kami sudah pindah ke Bali dan merasa aman, maka pada saat kepindahan ini kami juga meluncurkan edisi kedua. Itu alasannya mengapa penerbitan edisi kedua terlambat," katanya. Untuk edisi kedua yang terbit Rabu (7/6), majalah yang dibandrol seharga Rp49.000 per eksemplar untuk Jawa dan Rp50.000 per eksemplar untuk luar Jawa, memuat wawancara dengan terpidana hukuman mati Fabianus Tibo. Selain itu, majalah tersebut menulis artikel tentang pengantin pesanan, ranjau darat di Kamboja, dan tradisi kuliner Bali. "Sementara untuk cover girl kita pilih Doriane, seorang warga negara asing, namun sudah lama menetap di Bali," katanya, seraya menunjukkan majalah Playboy Indonesia edisi kedua. Playboy Indonesia, katanya, memiliki komitmen untuk mengetengahkan tulisan lokal dan isi editorial berkualitas, yang membedakan dari majalah gaya hidup pria lain yang sebelumnya telah beredar. "Kita juga sudah komit untuk tidak menampilkan foto wanita telanjang, dan kita jamin isinya tetap mengedepankan kaidah jurnalistik yang sesuai dengan undang-undang di Indonesia," katanya. Playboy Indonesia, mrnutuy dia, dijual di tempat tertentu dan toko buku kelas atas di beberapa kota besar Indoensia. Target pembaca majalah ini adalah pria urban dewasa berusia 25 sampai 45 tahun. "Kita tidak mengizinkan majalah ini di jual di jalan atau perempatan jalan. Kalau ada yang menjual di jalan lalu terjadi apa-apa, maka kita tidak bertanggungjawab," kata Erwin. Dalam edisi perdana Playboy Indonesia dicetak sebanyak 100.000 eksemplar, dan terjual habis dalam waktu tiga hari. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006