Jakarta (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) mengatakan implementasi metodologi pembalakan rendah dampak karbon atau Reduced Impact Logging-Carbon (RIL-C) dapat mengurangi emisi karbon hingga 40 persen tanpa mengurangi volume produksi kayu.
 
"Pendekatan RIL-C melalui perencanaan hutan yang lebih baik untuk mengurangi dampak kerusakan," kata Manajer Program Pengelolaan Perhutanan Lestari YKAN Delon Martinus di Jakarta, Kamis.
 
Delon menuturkan implementasi RIL-C mampu menyumbang signifikan terhadap target penurunan emisi kepada NDC dan FOLU Net Sink 2030 di Indonesia.
 
Melalui pengelolaan hutan yang tepat dari awal perencanaan, kata dia, maka pohon-pohon yang tumbuh pada hutan produksi tidak lagi ditebang secara sembarangan, tapi  selektif dengan memilih pohon besar saja.
 
Di Indonesia, kata Delon, jumlah konsesi hutan yang aktif terdaftar sekitar 200 Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dimana mereka berhak mengelola hutan sekitar 1.000 sampai 1.500 hektare per tahun.

Baca juga: DLH Kepri ingatkan perusahaan di hutan produksi dapat dipidana
 
Ia mengatakan hutan produksi itu diambil kayunya dan setiap 100 hektare ada 50-80 pohon yang memiliki diameter lebih dari 50 sentimeter. Namun, lanjutnya, perusahaan tidak survei terlebih dulu dimana letak pohon-pohon besar tersebut, tetapi langsung dikirim buldozer.
 
"Makanya hutan banyak habis karena tidak ada perencanaan. Contoh dengan RIL-C ini, kami mengonsep sebuah pengelolaan yang harus proper dari awal perencanaan," kata Delon. Untuk itu YKAN bekerja sama dengan pemerintah dan konsesi hehutanan untuk mengujicobakan RIL-C.
 
Senior Advisor for Terrestrial Policy YKAN Wahjudi Wardojo menjelaskan alasan YKAN fokus ke hutan produksi karena mereka percaya bahwa hutan alam memiliki keanekaragaman hayati yang lebih baik ketimbang hutan alam.
 
"Oleh karena itu kami melakukan pendekatan dengan RIL dan RIL-C. Melalui RIL-C harapannya akan ada satu kompensasi dari nilai-nilai benefit carbon," kata Wahjudi.

Baca juga: YKAN: Praktik pengelolaan hutan lestari tingkatkan populasi orang utan
 
 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023