Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak seluruh penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) angkatan ke 201 untuk membangun Indonesia yang bergenerasi unggul.

“Kepada para penerima beasiswa LPDP yang akan melanjutkan pendidikan baik dalam maupun luar negeri itu, menyiapkan generasi Indonesia yang unggul memanfaatkan Bonus Demografi dalam memasuki Indonesia Emas 2045 itu sangat penting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis.

Ketika menghadiri acara Persiapan Keberangkatan (PK) Awardee LPDP pada Rabu (10/5) lalu, Hasto menuturkan generasi Indonesia yang unggul dapat diwujudkan bila sumber daya manusianya berilmu, memiliki ketrampilan, berkarakter baik serta bermental kuat.

Generasi yang unggul akan memperkuat bangsa menghadapi bonus demografi berupa didominasinya penduduk dengan usia produktif. Hal ini selaras dengan pesan Presiden RI Joko Widodo bahwa terwujudnya Indonesia Emas 2045 ada di tangan seluruh pihak.

“Proporsinya terbanyak itu anda semua. Kita harus mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), batu loncatannya adalah SDGs 2030 bebas miskin ekstrem, tidak ada kelaparan, tidak ada stunting, dan kematian ibu, kematian bayi rendah,” katanya.

Selain mendongkrak nilai sumber daya manusia bangsa, generasi unggul bisa membantu negara untuk menghadapi ageing population atau penuaan penduduk dengan ditandai dengan ledakan jumlah populasi non-produktif, yang di Indonesia akan didominasi oleh lansia dengan rata-rata tingkat pendidikan 8,3 tahun dan rata-rata ekonomi menengah ke bawah.

Baca juga: BKKBN perkuat zona integritas bangun wilayah bebas korupsi

“Kalau sumber daya manusia kita yang muda tidak hebat hati-hati. Dependensi rasionya makin naik. Oleh karena itu anda itu bebannya tinggi, jadi kalau untuk keluar dari middle income trap dan sebagainya itu tidak mudah, harus dipikirkan dari sekarang," ujar Hasto.

Dengan terciptanya generasi unggul pula, katanya, akan terbangun keluarga yang sejahtera, bahagia dan bebas dari stunting ataupun masalah gangguan emosi mental (mental emotional disorder) yang merupakan masalah serius dan bisa mengancam kualitas kependudukan.

Sementara, mental emotional disorder yang meningkat juga diiringi dengan peningkatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan generasi muda yang pernah mencoba narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA).

Oleh karena itu, ia berharap para penerima beasiswa dapat memiliki kesadaran untuk membangun bangsa yang sehat, kuat, jiwa dan raga.

“Stunting 21,6 persen tapi ingat ada mental emosional disorder 9,8 persen. Stuntingnya turun tapi mental emosional dissordernya naik. Ini menjadi tantangan yang perlu dipikirkan karena ternyata mental emotional dissorder menjadikan narkotika nya naik, NAPZA 5,1 persen,” katanya.

Hasto berharap kepada semua penerima beasiswa LPDP untuk mengimbangi kebutuhan hard skill dan soft skill-nya selama berada di lembaga pendidikan yang ditempuh oleh masing-masing individu, agar bisa mendorong terjadinya reformasi mengubah pola pikir dan mendobrak tatanan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik.

Baca juga: BKKBN minta satgas tuntaskan 7 tugas penting entaskan stunting daerah

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2023