Sydney (ANTARA) - Saham Asia melemah pada awal perdagangan Senin, memulai dengan hati-hati karena investor bersiap untuk keputusan suku bunga kebijakan China dan data ekonomi minggu ini, sambil menunggu sejumlah pejabat Federal Reserve AS untuk berbicara tentang perkiraan pasar untuk penurunan suku bunga tahun ini.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,16 persen lebih rendah, sementara Nikkei Jepang melawan tren dengan kenaikan 0,5 persen, membangun optimisme dari minggu lalu selama musim laporan keuangan perusahaan.

Di Australia, indeks acuan S&P/ASX 200 dibuka merosot 0,6 persen dan indeks Hang Seng di Hong Kong tergelincir 0,5 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 berjangka turun 0,2 persen, dana Nasdaq berjangka melemah 0,3 persen.

Aksi awal lamban setelah laporan pada Jumat (12/5) menunjukkan sentimen konsumen AS merosot ke level terendah enam pada Mei dan ekspektasi inflasi jangka panjang melonjak ke level tertinggi sejak 2011, meningkatkan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah.

Di pasar negara berkembang, lira Turki menyentuh level terendah baru dua bulan di 19,70 terhadap dolar AS, karena negara tersebut tampaknya menuju pemilihan presiden putaran kedua. Baht Thailand 0,7 persen lebih kuat setelah oposisi mengamankan kemenangan pemilu yang menakjubkan pada Minggu (14/5).

Investor sangat menantikan keputusan suku bunga Bank Sentral China pada Senin. Pengamat pasar yang disurvei oleh Reuters memperkirakan suku bunga kebijakan jangka menengah tidak berubah meskipun data minggu lalu mengecewakan yang memicu kekhawatiran tentang perlambatan global.

China juga akan melaporkan produksi industri bulanan, penjualan ritel, dan data investasi aset tetap pada Selasa (16/5).

"Peningkatan besar dari tahun ke tahun seharusnya tidak mengejutkan, mengingat hal itu diukur terhadap ekonomi stagnan yang terkunci," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone.

"Namun, dengan data China yang memunculkan beberapa kekhawatiran akhir-akhir ini - kami telah melihat data impor, IHP (indeks harga produsen), dan pinjaman yang buruk - pertumbuhan China sangat menjadi jantung pergerakan pasar," kata Weston.

Juga minggu ini, sejumlah pejabat Federal Reserve akan berbicara, dengan Ketua Jerome Powell ditetapkan untuk Jumat (19/5), dan dapat menghasilkan banyak berita utama untuk melanjutkan pembicaraan.

Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada Jumat (12/5) bahwa Bank Sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi.

Pasar masih memperkirakan ini adalah puncak suku bunga dana Fed dan pemotongan 70 basis poin pada akhir tahun ini, setelah data IHK dan IHP minggu lalu mendukung kasus penghentian Fed menaikkan suku bunga mengingat inflasi yang melambat.

Joseph Capurso, Kepala Ekonomi Internasional di Commonwealth Bank of Australia, percaya bahwa inflasi AS yang persisten akan mengurangi perkiraan untuk pemotongan jangka pendek untuk suku bunga Fed Fund, dan berkontribusi pada pemulihan dolar dalam beberapa bulan mendatang.

Indeks dolar AS melayang di 102,72 pada Senin pagi terhadap sekeranjang mata uang utama, setelah melonjak 1,4 persen pekan lalu karena kekhawatiran pertumbuhan global, kenaikan mingguan terbesar sejak September.

Yang paling dipikirkan investor adalah ketidakpastian tentang pencabutan plafon utang AS dan kembalinya kekhawatiran bank. Presiden AS Joe Biden berharap untuk bertemu dengan para pemimpin Kongres pada Selasa (16/5) untuk pembicaraan guna menaikkan batas utang negara dan menghindari bencana gagal bayar.

Harga minyak mencoba menemukan pijakan setelah jatuh hampir 2,0 persen minggu lalu, karena kekhawatiran permintaan. Minyak mentah berjangka AS datar di 70,03 per barel, sementara minyak mentah Brent turun 0,1 persen menjadi 74,13 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia melemah tertekan kekhawatiran deflasi China dan laba Jepang
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah tertekan kekhawatiran pertumbuhan global

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2023