Ankara/Istanbul (ANTARA) - Jutaan pemilih di Turki pada Minggu (14/5) berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan suara mereka dalam pemilihan umum (pemilu) presiden dan parlemen dengan penuh antusiasme.

Bahkan beberapa menit sebelum pemungutan suara dimulai secara resmi di seluruh negara itu pada pukul 08.00 waktu setempat (12.00 WIB), banyak pemilih telah mengantre di sejumlah sekolah dan beberapa lembaga publik di Istanbul, kota terbesar di Turki, menunggu untuk memberikan suara mereka.
 
     Seorang pemilih memasukkan kertas suaranya ke dalam kotak suara di sebuah TPS di Istanbul, Turki. (Xinhua)


Sebuah sekolah yang dijadikan TPS di Distrik Besiktas di sisi Eropa kota itu dibanjiri pemilih sejak pagi hari. 

"Warga kami sangat bersemangat dan banyak dari mereka berada di sini sebelum pukul 08.00," kata petugas pemilu Nedret Seckin kepada Xinhua, seraya menambahkan "kami membiarkan para warga lansia beristirahat di kursi sehingga mereka dapat menunggu dimulainya pemungutan suara dengan nyaman."

Dalam pandangan Seckin, jumlah pemilih kali ini jauh lebih tinggi dibandingkan pemilu sebelumnya. "Saat ini pukul 08.57, dan kami sudah melihat partisipasi yang drastis," kata Seckin.

Sekitar 11 juta pemilih yang memenuhi syarat di kota itu akan memberikan suara mereka ke 31.124 kotak suara yang disiapkan di 39 distrik.

Setiap kotak suara diawasi oleh panitia yang terdiri dari ketua, pegawai negeri sipil, dan perwakilan partai-partai politik.

"Kami bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pintu (bilik suara) tertutup dengan aman, suara dihitung, dan kotak suara dikirimkan dengan lancar ke dewan pemilu distrik tanpa kelalaian," jelas Seckin.

Ilter Sayin, seorang pensiunan berusia 80 tahun, termasuk pemilih yang datang awal.

"Semua orang sangat bersemangat," kata Sayin, "kami semua sadar bahwa hasil pemilu ini akan mengubah nasib negara."

Di ibu kota, Ankara, warga juga sudah berada di TPS bahkan sebelum proses pemungutan suara dimulai.

Aydin Sezgin, seorang sopir taksi, mengatakan dia akan memilih presiden petahana Recep Tayyip Erdogan. "Saya mendukung presiden kami sampai akhir. Ya, kami memang memiliki beberapa masalah ekonomi, tetapi dia tetap kandidat terbaik," katanya.

Mustafa Sahin, seorang pensiunan yang ditemani istri dan dua anaknya, mengatakan dia akan memilih Erdogan, memuji dia karena telah melakukan "banyak kebaikan untuk Turki."

Mustafa Akman, seorang pensiunan apoteker berusia 60-an, sedang menunggu untuk memberikan suaranya di sebuah sekolah yang diubah menjadi TPS. "Kami di sini memberikan suara untuk sebuah perubahan," kata Akman.

Pemilu presiden (pilpres) tersebut diperkirakan akan menjadi pertarungan ketat antara Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu, ketua kubu oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP).
 
   Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) dan calon presiden dari CHP. (Xinhua)


Erdogan (69), pendiri dan pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa, telah memimpin negara itu sejak 2014 sebagai presiden ke-12.

Dia pernah menjabat sebagai perdana menteri Turki dari 2003 hingga 2014 dan sebagai wali kota Istanbul dari 1994 hingga 1998.   

Menurut jajak pendapat, Erdogan, presiden dengan masa jabatan terlama di Turki, menghadapi ujian terberat selama periode 10 tahun menjabat di tengah oposisi yang kuat dan bersatu melawannya karena kemerosotan ekonomi dan akibat dari gempa dahsyat pada Februari lalu.

Menurut survei, Kilicdaroglu (74) mungkin memiliki peluang menang untuk pertama kalinya setelah sebuah koalisi yang terdiri dari enam partai dari partai-partai oposisi mendukungnya.
 
   Seorang pemilih memasukkan kertas suaranya ke dalam kotak suara di sebuah TPS di Istanbul, Turki. (Xinhua)


Sekitar 61 juta pemilih akan memberikan suara mereka dalam pemilu presiden dan parlemen yang digelar bersamaan itu.

Jika tidak ada kandidat presiden yang memenangkan lebih dari 50 persen suara pada Minggu, maka pemilu putaran kedua akan digelar pada 28 Mei mendatang.

Pemilih juga akan memilih 600 anggota parlemen di 81 provinsi Turki.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
COPYRIGHT © ANTARA 2023